PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • cf psl. 3 hlm. 25-34
  • ”Aku . . . Rendah Hati”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Aku . . . Rendah Hati”
  • ”Mari Jadilah Pengikutku”
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Catatan Panjang Kerendahan Hati
  • Kerendahan Hati Yesus Sebagai Manusia
  • Mengajar Para Pengikutnya Agar Rendah Hati
  • Maukah Saudara Mengikuti Pola Yesus?
  • Yesus Menetapkan Pola Kerendahan Hati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
  • Pupuklah Kerendahan Hati yang Sejati
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Untuk Apa Mengenakan Kerendahan Hati?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Teladan-Teladan Kerendahan Hati untuk Ditiru
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
Lihat Lebih Banyak
”Mari Jadilah Pengikutku”
cf psl. 3 hlm. 25-34

PASAL TIGA

”Aku . . . Rendah Hati”

Yesus menunggangi anak keledai. Orang-orang berseru menyambut dia dan melambaikan cabang pohon palem. Ada juga yang menghamparkan baju luar dan cabang-cabang pohon di jalan.

”Lihat! Rajamu akan datang kepadamu”

1-3. Bagaimana Yesus masuk ke Yerusalem, dan mengapa beberapa pengamatnya boleh jadi kaget?

PENDUDUK Yerusalem heboh. Seorang tokoh besar akan datang! Di luar kota, orang-orang berkumpul di sepanjang jalan. Mereka ingin sekali menyambut pria ini karena kabarnya dia adalah ahli waris Raja Daud dan Penguasa Israel yang sah. Sejumlah orang membawa cabang pohon palem untuk dilambaikan; yang lain menghamparkan pakaian dan cabang pohon untuk meratakan jalan baginya. (Matius 21:7, 8; Yohanes 12:12, 13) Banyak orang agaknya bertanya-tanya bagaimana dia akan masuk ke kota.

2 Ada yang mungkin mengharapkan arak-arakan yang megah. Mereka pasti tahu pria-pria penting yang pernah masuk ke kota dengan cara yang megah. Misalnya, putra Daud, Absalom, mengumumkan dirinya sebagai raja; dia menyuruh agar 50 pria berlari di depan keretanya. (2 Samuel 15:1, 10) Penguasa Romawi, Julius Caesar, menuntut yang lebih bersemarak lagi; sekali waktu, dia memimpin pawai kemenangan hingga kapitol Romawi, dan di sebelah kiri serta kanannya terdapat barisan 40 ekor gajah yang membawa pelita! Tetapi, yang ditunggu-tunggu penduduk Yerusalem adalah tokoh yang jauh lebih hebat. Entah kumpulan orang itu sadar atau tidak, inilah sang Mesias, tokoh terbesar sepanjang masa. Namun, ketika calon Raja ini mulai terlihat, ada yang mungkin kaget.

3 Tidak ada kereta, tidak ada pelari, tidak ada kuda—apalagi gajah. Yesus hanya menunggang seekor binatang beban biasa, seekor keledai.a Tidak ada kain-kain gemerlap yang menghiasi penunggang maupun tunggangannya. Tidak ada pelana yang mahal, hanya beberapa helai pakaian yang diletakkan oleh beberapa murid Yesus di atas punggung binatang itu. Mengapa Yesus memilih masuk ke Yerusalem dengan cara yang begitu sederhana, sedangkan pria-pria yang jauh lebih rendah kedudukannya berkeras melakukannya dengan arak-arakan yang lebih meriah dan bersemarak?

4. Apa yang Alkitab nubuatkan tentang cara sang Mesias akan masuk ke Yerusalem?

4 Yesus sedang menggenapi nubuat ini: ”Bergembiralah . . . Serukan kemenangan, Yerusalem. Lihat! Rajamu akan datang kepadamu. Dia benar dan membawa keselamatan; dia rendah hati dan menunggang keledai.” (Zakharia 9:9) Nubuat ini memperlihatkan bahwa suatu hari kelak, Pribadi yang Diurapi Allah, sang Mesias, akan menyingkapkan dirinya kepada penduduk Yerusalem sebagai Raja yang dilantik Allah. Selain itu, cara dia melakukannya, termasuk tunggangan pilihannya, akan menyingkapkan sifatnya yang indah—rendah hati.

5. Mengapa kerendahan hati Yesus begitu menggugah kalbu sewaktu direnungkan, dan mengapa penting sekali agar kita belajar meniru Yesus dalam hal ini?

5 Sifat rendah hati adalah salah satu sifat Yesus yang paling menarik, sifat yang begitu menggugah kalbu sewaktu direnungkan. Seperti yang telah dibahas di pasal sebelumnya, hanya Yesus-lah ”jalan, kebenaran, dan kehidupan”. (Yohanes 14:6) Jelaslah, tidak satu pun dari antara bermiliar-miliar manusia yang pernah hidup di bumi ini yang kedudukannya sepenting Putra Allah. Namun, Yesus tidak pernah sedikit pun memperlihatkan kesombongan, keangkuhan, atau kecongkakan yang menjangkiti tak terhitung banyaknya manusia yang tidak sempurna. Untuk menjadi pengikut Kristus, kita perlu melawan kecenderungan untuk menyerah kepada kesombongan. (Yakobus 4:6) Ingatlah, Yehuwa membenci keangkuhan. Jadi, penting sekali agar kita belajar meniru kerendahan hati Yesus.

Catatan Panjang Kerendahan Hati

6. Apa kerendahan hati itu, dan bagaimana Yehuwa tahu bahwa Mesias akan rendah hati?

6 Rendah hati berarti bebas dari keangkuhan dan kesombongan. Sifat ini berawal dari hati dan tampak nyata dalam tutur kata, tingkah laku, dan cara berurusan dengan orang lain. Bagaimana Yehuwa tahu bahwa Mesias akan rendah hati? Dia tahu bahwa Putra-Nya mencerminkan teladan-Nya sendiri yang sempurna dalam hal kerendahan hati. (Yohanes 10:15) Dia juga telah melihat sang Putra menunjukkan kerendahan hati. Bagaimana?

7-9. (a) Bagaimana Mikhael memperlihatkan kerendahan hati dalam konfrontasinya dengan Setan? (b) Bagaimana orang Kristen bisa meniru Mikhael dalam memperlihatkan kerendahan hati?

7 Surat Yudas menyingkapkan sebuah contoh yang menarik: ”Ketika Mikhael yang adalah pemimpin malaikat berselisih dengan Iblis tentang mayat Musa, dia tidak berani menghakiminya dengan kata-kata hinaan. Dia malah berkata, ’Biarlah Yehuwa menegurmu.’” (Yudas 9) Mikhael adalah nama Yesus—sebelum dan setelah dia hidup di bumi—dalam peranannya sebagai pemimpin bala tentara surgawi Yehuwa yang terdiri dari para malaikat.b (1 Tesalonika 4:16) Namun, perhatikan sikap Mikhael dalam konfrontasi dengan Setan ini.

8 Catatan Yudas tidak memberi tahu kita apa yang ingin Setan lakukan dengan tubuh Musa, tetapi si Iblis pasti berniat jahat. Barangkali dia ingin menganjurkan penyalahgunaan jenazah pria yang setia itu dalam ibadah palsu. Sewaktu melawan siasat jahat Setan, Mikhael juga memperlihatkan pengekangan diri yang mengagumkan. Setan jelas-jelas pantas ditegur, tetapi Mikhael, yang ketika berselisih dengan Setan belum diserahi wewenang untuk ”semua urusan penghakiman”, merasa bahwa penghakiman tersebut seharusnya hanya datang dari Allah Yehuwa. (Yohanes 5:22) Sebagai pemimpin malaikat, Mikhael memiliki wewenang yang besar. Namun, dia dengan rendah hati tunduk kepada Yehuwa dan tidak mencoba merebut wewenang tambahan. Selain rendah hati, dia juga menyadari keterbatasannya.

9 Tentu ada alasan mengapa Yudas diilhami untuk menulis peristiwa ini. Sungguh menyedihkan, beberapa orang Kristen pada zaman Yudas tidak rendah hati. Mereka dengan angkuh ”menghina semua hal yang tidak mereka pahami”. (Yudas 10) Betapa mudahnya kita manusia tidak sempurna membiarkan diri dikuasai oleh kesombongan! Apabila kita tidak memahami sesuatu yang berlangsung di sidang Kristen—barangkali keputusan yang diambil oleh badan penatua—bagaimana reaksi kita? Jika kita melontarkan kata-kata yang negatif dan kritis padahal kita tidak bisa mengetahui semua faktor di balik keputusan tersebut, tidakkah itu menunjukkan bahwa kita tidak rendah hati? Sebaliknya, marilah kita meniru Mikhael, atau Yesus, dengan menahan diri untuk tidak menghakimi hal-hal di luar wewenang yang Allah berikan kepada kita.

10, 11. (a) Mengapa kerelaan Putra Allah menerima tugas untuk turun ke bumi sungguh luar biasa? (b) Bagaimana kita bisa meniru kerendahan hati Yesus?

10 Putra Allah juga memperlihatkan kerendahan hati dengan menerima tugas untuk turun ke bumi. Pikirkan apa yang harus dia tinggalkan. Dia adalah pemimpin malaikat. Dia juga ”Firman”—Juru Bicara pribadi Yehuwa. (Yohanes 1:1-3) Dia tinggal di surga, ”tempat tinggal [Yehuwa] yang tinggi, mulia, dan suci”. (Yesaya 63:15) Meskipun demikian, sang Putra ”melepaskan segala yang dia miliki dan menjadi seperti budak. Dia menjadi manusia”. (Filipi 2:7) Bayangkan apa yang tersangkut dalam tugasnya di bumi! Kehidupannya dipindahkan ke dalam rahim seorang perawan Yahudi, dan selama sembilan bulan dia berkembang menjadi bayi manusia. Dia terlahir sebagai bayi yang tidak berdaya dalam keluarga tukang kayu yang miskin lalu bertumbuh menjadi balita, anak kecil, dan remaja. Kendati dia sempurna, semasa remaja dia tetap tunduk kepada orang tuanya yang tidak sempurna. (Lukas 2:40, 51, 52) Benar-benar kerendahan hati yang luar biasa!

11 Dapatkah kita meniru kerendahan hati Yesus dengan rela menerima tugas dinas yang adakalanya tampak rendah? Misalnya, tugas kita memberitakan kabar baik Kerajaan Allah mungkin tampak rendah sewaktu ditanggapi orang-orang dengan sikap apatis, ejekan, atau permusuhan. (Matius 28:19, 20) Namun, jika kita bertekun dalam pekerjaan ini, kita bisa turut menyelamatkan kehidupan. Yang pasti, kita akan belajar banyak hal tentang kerendahan hati, dan kita akan mengikuti jejak Majikan kita, Yesus Kristus.

Kerendahan Hati Yesus Sebagai Manusia

12-14. (a) Bagaimana Yesus memperlihatkan kerendahan hati sewaktu orang-orang memuji dia? (b) Bagaimana Yesus rendah hati sewaktu berinteraksi dengan orang lain? (c) Apa buktinya bahwa kerendahan hati Yesus bukan sekadar formalitas atau sopan santun?

12 Dari awal hingga akhir, pelayanan Yesus di bumi bercirikan kerendahan hati. Dia memperlihatkannya dengan menujukan segala pujian dan kemuliaan kepada Bapaknya. Adakalanya orang memuji Yesus karena kata-katanya yang berhikmat, mukjizatnya yang penuh kuasa, bahkan sifatnya yang baik. Berulang kali, Yesus menolak kemuliaan tersebut tetapi menujukannya kepada Yehuwa.​—Markus 10:17, 18; Yohanes 7:15, 16.

13 Yesus memperlihatkan kerendahan hati melalui cara dia memperlakukan orang-orang. Malah, dia mengatakan dengan jelas bahwa dia datang ke bumi, bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani orang lain. (Matius 20:28) Dia memperlihatkan kerendahan hati melalui interaksinya yang lemah lembut dan masuk akal dengan orang-orang. Sewaktu dikecewakan oleh para pengikutnya, dia tidak membentak-bentak mereka; dia terus berupaya mencapai hati mereka. (Matius 26:39-41) Ketika kumpulan orang mengganggunya sewaktu dia mencari tempat yang tenang untuk beristirahat dan menyendiri, dia tidak menyuruh mereka pergi; dia mengerahkan diri, mengajarkan ”banyak hal” kepada mereka. (Markus 6:30-34) Sewaktu seorang wanita non-Israel terus memohon agar dia menyembuhkan putrinya, mula-mula dia menunjukkan bahwa dia tidak mau melakukannya. Namun, dia tidak menolak sambil marah-marah, dan dia akhirnya mengabulkan permintaan tersebut mengingat iman wanita itu yang luar biasa, seperti yang akan kita bahas di Pasal 14.​—Matius 15:22-28.

14 Melalui cara yang tak terhitung banyaknya, Yesus hidup selaras dengan apa yang dia katakan tentang dirinya sendiri: ”Aku lembut hati dan rendah hati.” (Matius 11:29) Kerendahan hatinya bukan polesan, bukan pula sekadar formalitas atau sopan santun. Itu berasal dari lubuk hatinya, manusia batiniahnya. Maka, tidak mengherankan bahwa Yesus sangat memprioritaskan soal mengajar para pengikutnya agar rendah hati!

Mengajar Para Pengikutnya Agar Rendah Hati

15, 16. Kontras apa yang Yesus sebutkan tentang sikap para penguasa dunia dan sikap yang perlu dipupuk oleh para pengikutnya?

15 Rasul-rasul Yesus tidak cepat memupuk kerendahan hati. Yesus harus mengajar mereka berulang kali. Misalnya, sekali peristiwa, Yakobus dan Yohanes melalui ibu mereka meminta Yesus menjanjikan kedudukan tinggi dalam Kerajaan Allah bagi mereka. Dengan sadar diri, Yesus menjawab, ”Soal duduk di sebelah kanan dan kiriku, aku tidak berhak menentukannya. Bapakku sudah menyiapkannya untuk orang-orang yang Dia tentukan.” Kesepuluh rasul lainnya ”marah” kepada Yakobus dan Yohanes. (Matius 20:20-24) Bagaimana Yesus menangani problem ini?

16 Dia dengan baik hati menegur mereka semua, katanya, ”Kalian tahu bahwa para penguasa bangsa-bangsa memerintah mereka, dan para pejabat tinggi juga menjalankan kekuasaan atas mereka. Tapi kalian tidak boleh begitu. Siapa pun yang ingin menjadi besar di antara kalian harus menjadi pelayan kalian, dan siapa pun yang ingin menjadi pertama di antara kalian harus menjadi budak kalian.” (Matius 20:25-27) Kemungkinan besar, rasul-rasul telah melihat betapa sombong, ambisius, dan egoisnya ”para penguasa bangsa-bangsa”. Yesus memperlihatkan bahwa para pengikutnya harus berbeda dengan orang-orang lalim yang haus kekuasaan itu. Mereka perlu rendah hati. Apakah rasul-rasul memahaminya?

17-19. (a) Pada malam menjelang kematiannya, bagaimana Yesus mengajar rasul-rasulnya tentang kerendahan hati dengan cara yang tak terlupakan? (b) Apa pelajaran terampuh soal kerendahan hati yang Yesus ajarkan sebagai manusia?

17 Hal itu tidak mudah bagi mereka. Ini bukan pertama kalinya dan juga bukan terakhir kalinya Yesus mengajarkan hal itu. Sebelumnya, ketika mereka mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka, dia menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka dan memberi tahu mereka untuk meniru anak-anak, yang cenderung tidak sombong, tidak ambisius, dan tidak ambil pusing soal kedudukan, berbeda dengan kebanyakan orang dewasa. (Matius 18:1-4) Meskipun demikian, persis pada malam sebelum kematiannya, dia melihat rasul-rasulnya masih berjuang untuk mengatasi kesombongan. Lalu, dia memberi mereka pelajaran yang tak terlupakan. Dia mengikatkan handuk pada pinggangnya dan melakukan tugas yang paling rendah, yang kala itu biasa dilakukan oleh pelayan bagi para tamu. Yesus mencuci kaki setiap rasulnya—termasuk Yudas, yang sebentar lagi mengkhianati dia!​—Yohanes 13:1-11.

18 Yesus membantu mereka memahami pokok ini sewaktu dia mengatakan, ”Aku memberi kalian teladan.” (Yohanes 13:15) Apakah pelajaran ini akhirnya menyentuh hati mereka? Nah, malam itu, mereka sekali lagi berbantah soal siapa yang terbesar di antara mereka! (Lukas 22:24-27) Namun, Yesus terus bersabar dan mengajar mereka dengan rendah hati. Kemudian, dia memberikan pelajaran yang paling ampuh: ”Dia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, bahkan mati di tiang siksaan.” (Filipi 2:8) Yesus rela mengalami kematian yang memalukan, secara tidak adil dihukum sebagai penjahat dan orang yang menghina Allah. Dengan demikian, Putra Allah terbukti unik, karena dalam dirinya, di antara semua ciptaan Yehuwa, kerendahan hati dinyatakan dengan cara yang sempurna dan tiada bandingannya.

19 Agaknya inilah—pelajaran terakhir tentang kerendahan hati yang Yesus ajarkan sebagai manusia—yang terpatri dalam hati rasul-rasulnya yang setia. Alkitab memberi tahu kita bahwa pria-pria ini dengan rendah hati bekerja selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, setelah itu. Bagaimana dengan kita?

Maukah Saudara Mengikuti Pola Yesus?

20. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita rendah hati?

20 Paulus mendesak kita masing-masing, ”Miliki pikiran dan sikap ini dalam diri kalian, yang sama dengan yang dimiliki Kristus Yesus.” (Filipi 2:5) Seperti Yesus, kita perlu rendah hati. Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita benar-benar rendah hati? Nah, Paulus mengingatkan kita, ”Jangan suka bertengkar atau merasa diri penting. Sebaliknya, dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih tinggi daripada kalian.” (Filipi 2:3) Jadi, kuncinya terletak pada cara kita memandang orang lain dalam kaitannya dengan kita. Kita perlu menganggap mereka lebih tinggi, lebih penting, daripada kita. Maukah Saudara menerapkan nasihat itu?

21, 22. (a) Mengapa para pengawas Kristen perlu rendah hati? (b) Bagaimana kita bisa memperlihatkan bahwa kita memakai ikat pinggang kerendahan hati?

21 Bertahun-tahun setelah kematian Yesus, Rasul Petrus masih berpikir tentang pentingnya kerendahan hati. Petrus mengajar para pengawas Kristen untuk melaksanakan tugas dengan rendah hati, tidak pernah memerintah atas domba-domba Yehuwa. (1 Petrus 5:2, 3) Diberi tanggung jawab tidak berarti diberi hak untuk sombong. Sebaliknya, semakin besar tanggung jawab seseorang, semakin dia membutuhkan kerendahan hati yang sejati. (Lukas 12:48) Tentu saja, sifat ini sangat penting tidak hanya bagi para pengawas tetapi bagi setiap orang Kristen.

22 Petrus pastilah tidak pernah melupakan malam ketika Yesus mencuci kakinya—sekalipun Petrus sudah menolaknya! (Yohanes 13:6-10) Petrus menulis kepada orang Kristen, ”Kalian semua harus memakai ikat pinggang kerendahan hati dalam memperlakukan satu sama lain.” (1 Petrus 5:5, catatan kaki) Ungkapan ”memakai ikat pinggang” menyiratkan tindakan seorang pelayan yang mengikatkan celemek pada pinggangnya untuk melakukan pekerjaan rendahan. Frasa itu kemungkinan besar mengingatkan kita akan peristiwa ketika Yesus mengikatkan handuk pada pinggangnya sebelum berlutut untuk melakukan tugas mencuci kaki. Jika kita memang mengikuti Yesus, adakah tugas dari Allah yang bisa kita anggap merendahkan martabat kita? Kerendahan hati kita mesti terlihat oleh semua orang, seolah-olah itu terikat pada pinggang kita.

23, 24. (a) Mengapa kita hendaknya melawan kecenderungan apa pun untuk angkuh? (b) Pasal berikut akan mengoreksi anggapan keliru apa tentang kerendahan hati?

23 Keangkuhan bagaikan racun. Dampaknya sangat menghancurkan. Manusia yang paling berbakat pun bisa dibuatnya tidak berguna bagi Allah. Sebaliknya, kerendahan hati bisa membuat manusia yang paling kecil pun sangat berguna bagi Yehuwa. Jika kita memupuk sifat yang berharga ini setiap hari dengan berupaya berjalan dengan rendah hati mengikuti jejak Kristus, upahnya sangat menakjubkan untuk direnungkan. Petrus menulis, ”Rendahkan diri kalian di bawah tangan Allah yang kuat, supaya Dia meninggikan kalian pada waktunya.” (1 Petrus 5:6) Yehuwa benar-benar meninggikan Yesus karena dia telah sepenuhnya merendahkan diri. Allah kita juga akan senang mengupahi Saudara atas kerendahan hati Saudara.

24 Sungguh menyedihkan, ada yang mengira bahwa kerendahan hati itu tanda kelemahan. Teladan Yesus membantu kita melihat betapa kelirunya anggapan itu karena meskipun dia orang yang paling rendah hati, dia juga orang yang paling berani. Itulah yang akan dikupas dalam pasal berikut.

a Sewaktu membahas peristiwa ini, sebuah karya referensi mengatakan bahwa binatang ini ”adalah binatang rendahan”, dan menambahkan, ”Mereka lamban, susah diatur, dan merupakan binatang beban bagi orang miskin, serta penampilannya tidak terlalu menarik.”

b Untuk lebih banyak bukti bahwa Mikhael adalah Yesus, lihat bagian ”Pertanyaan Alkitab Dijawab”, artikel ”Siapakah Mikhael Sang Penghulu Malaikat?”, di situs web resmi Saksi-Saksi Yehuwa, jw.org.

Bagaimana Saudara Dapat Mengikuti Yesus?

  • Sewaktu tergoda untuk menyombongkan prestasi Saudara, bagaimana teladan Yesus bisa membimbing Saudara?​—Matius 12:15-19; Markus 7:35-37.

  • Bagaimana Saudara bisa meniru teladan Yesus dalam melakukan pekerjaan rendahan demi kepentingan saudara-saudari rohani?​—Yohanes 21:1-13.

  • Bagaimana teladan Yesus bermanfaat sewaktu Saudara tergoda untuk mencari kedudukan terkemuka dan kesuksesan di dunia ini?​—Yohanes 6:14, 15.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan