PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 1/7 hlm. 14-15
  • Seorang Wanita Bijaksana Mencegah Malapetaka

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Seorang Wanita Bijaksana Mencegah Malapetaka
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Bantuan yang Dianggap Sudah Semestinya
  • Kebijaksanaan Abigail
  • Pelajaran bagi Kita
  • Ia Bertindak dengan Bijaksana
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
  • Ia Bertindak dengan Bijaksana
    Tirulah Iman Mereka
  • Abigail dan Daud
    Buku Cerita Alkitab
  • ”Diberkatilah Akal Sehatmu”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2017
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 1/7 hlm. 14-15

Mereka Melakukan Kehendak Yehuwa

Seorang Wanita Bijaksana Mencegah Malapetaka

SEORANG wanita yang berakal sehat menikah dengan seorang pria yang tidak berguna​—demikianlah keadaan Abigail dan Nabal. Abigail ”bijak dan cantik”. Sebaliknya, Nabal ”kasar dan jahat kelakuannya”. (1 Samuel 25:3) Suatu peristiwa yang melibatkan pasangan suami-istri yang tidak serasi ini membuat nama mereka tak mudah dilupakan, terpatri dalam sejarah Alkitab. Marilah kita lihat peristiwa ini.

Bantuan yang Dianggap Sudah Semestinya

Waktu itu abad ke-11 SM. Daud telah diurapi sebagai calon raja Israel, namun sebaliknya daripada memerintah, ia lari menyelamatkan diri. Saul, raja yang memerintah pada saat itu, bertekad membunuhnya. Akibatnya, Daud terpaksa hidup sebagai buronan. Ia bersama kira-kira 600 rekannya akhirnya menemukan tempat perlindungan di padang belantara Paran, di sebelah selatan Yehuda dan dekat padang belantara Sinai.​—1 Samuel 23:13; 25:1.

Pada waktu berada di sana, mereka berjumpa dengan gembala-gembala yang dipekerjakan oleh seorang pria bernama Nabal. Keturunan Kaleb yang kaya ini memiliki 3.000 ekor domba dan 1.000 ekor kambing, dan ia memangkas domba-dombanya di Karmel, sebuah kota di sebelah selatan Hebron dan kemungkinan jaraknya hanya 40 kilometer dari Paran.a Daud dan anak buahnya membantu gembala-gembala Nabal menjaga kawanan ternak mereka dari pencuri yang berkelana melewati padang belantara itu.​—1 Samuel 25:14-16.

Sementara itu, pemangkasan bulu domba telah dimulai di Karmel. Ini merupakan peristiwa yang membawa sukacita, mirip dengan musim panen bagi para petani. Ini juga merupakan saat untuk memperlihatkan kemurahan hati yang tulus, manakala para pemilik domba akan mengupahi orang-orang yang telah bekerja bagi mereka. Maka Daud tidak bersikap lancang sewaktu ia mengirim sepuluh anak buahnya ke kota Karmel untuk meminta makanan dari Nabal sebagai balas jasa atas apa yang telah mereka lakukan demi kawanan ternaknya.—1 Samuel 25:4-9.

Tanggapan Nabal sama sekali tidak murah hati. ”Siapakah Daud?” ejeknya. Kemudian, karena mengetahui bahwa Daud dan anak buahnya hanyalah hamba-hamba yang melarikan diri, ia bertanya, ”Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?” Ketika Daud mendengar hal ini, ia berkata kepada anak buahnya, ”Kamu masing-masing, sandanglah pedang!” Kira-kira 400 pria bersiap-siap untuk bertempur.​—1 Samuel 25:10-13.

Kebijaksanaan Abigail

Kata-kata Nabal yang kasar diperhatikan oleh istrinya, Abigail. Kemungkinan, ini bukan pertama kali ia harus memohon dan bertindak sebagai pendamai bagi Nabal. Meskipun demikian, Abigail bertindak dengan segera. Tanpa memberi tahu Nabal, ia mengumpulkan perbekalan​—termasuk lima ekor domba dan makanan yang berlimpah​—lalu pergi menemui Daud di padang belantara.​—1 Samuel 25:18-20.

Ketika Abigail melihat Daud, ia langsung sujud di hadapannya. ”Janganlah kiranya tuanku menetapkan hatinya pada Nabal orang tidak berguna itu,” demikian ia memohon kepada Daud. ”Berkenaan pemberian sebagai berkat yang budakmu bawa kepada tuanku, biarlah itu diberikan kepada orang-orang yang berjalan mengikuti langkah-langkah tuanku.” Ia menambahkan, ”Dan biarlah hal ini [situasi berkenaan Nabal] bagimu tidak menjadi alasan untuk terhuyung-huyung atau menjadi balok sandungan bagi tuanku.” Kata Ibrani yang diterjemahkan ”terhuyung-huyung” di sini mengartikan perasaan hati nurani yang tidak tenang. Jadi Abigail memperingatkan Daud agar tidak mengambil tindakan yang terburu-buru yang akan ia sesali di kemudian hari.​—1 Samuel 25:23-31, NW.

Daud mendengarkan Abigail. ”Terpujilah akal sehatmu dan diberkatilah engkau yang telah mencegah aku pada hari ini agar tidak mendatangkan utang darah,” kata Daud kepadanya. ”Seandainya engkau tidak bergegas untuk menemui aku, pasti tidak akan ada seorang pun yang kencing di tembok tetap hidup bagi Nabal sampai terang pagi.”b​—1 Samuel 25:32-34, NW.

Pelajaran bagi Kita

Kisah Alkitab ini memperlihatkan bahwa sama sekali tidak salah bagi seorang wanita yang saleh untuk mengambil inisiatif yang tepat jika itu diperlukan. Tindakan Abigail berlawanan dengan kehendak suaminya, Nabal, tetapi Alkitab tidak mengkritiknya karena hal ini. Sebaliknya, tindakan itu mendatangkan pujian bagi dia sebagai wanita yang bijak dan berakal sehat. Dengan mengambil inisiatif dalam situasi krisis ini, Abigail menyelamatkan banyak kehidupan.

Meskipun pada umumnya seorang istri harus menunjukkan semangat ketundukan yang saleh, ia dapat dibenarkan untuk tidak sependapat dengan suaminya apabila prinsip-prinsip yang benar dipertaruhkan. Tentu saja, hendaknya ia berjuang untuk memelihara ”roh yang senyap dan lemah lembut” dan hendaknya tidak bertindak bebas semata-mata karena dengki, kesombongan, atau pemberontakan. (1 Petrus 3:4) Akan tetapi, seorang istri yang saleh hendaknya tidak merasa terpaksa untuk melakukan apa pun yang ia tahu sangat tidak berhikmat atau melanggar prinsip-prinsip Alkitab. Sesungguhnya, kisah Abigail memberikan argumen yang kuat bagi orang-orang yang berkeras bahwa Alkitab menggambarkan wanita sekadar sebagai budak.

Kisah ini juga mengajar kita mengenai pengendalian diri. Sekali peristiwa, Daud memperlihatkan sifat ini sepenuhnya. Misalnya, ia menolak untuk membunuh Raja Saul yang pendendam, meskipun ia memiliki banyak kesempatan untuk melakukan hal itu dan kematian Saul akan mendatangkan kedamaian bagi Daud. (1 Samuel 24:​2-7) Sebaliknya, ketika Nabal menolak dia dengan kasar, Daud tidak waspada dan ingin membalas dendam. Ini merupakan peringatan yang jelas bagi orang-orang Kristen, yang berjuang untuk ’tidak membalas kejahatan dengan kejahatan kepada siapa pun’. Dalam semua keadaan, mereka hendaknya mengikuti imbauan Paulus, ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hendaklah suka damai dengan semua orang. Yang dikasihi, janganlah kamu sendiri menuntut balas, tetapi berilah tempat kepada kemurkaan.”​—Roma 12:17-19.

[Catatan Kaki]

a Padang belantara Paran konon membentang hingga utara Bersyeba. Bagian dari kawasan ini termasuk tanah penggembalaan yang luas.

b Frase ’orang yang kencing di tembok’ adalah ungkapan bahasa Ibrani untuk laki-laki, jelaslah sebuah pernyataan penghinaan.​—Bandingkan 1 Raja 14:10, NW.

[Gambar di hlm. 15]

Abigail membawa pemberian untuk Daud

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan