PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • es25 hlm. 7-19
  • Januari

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Januari
  • Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari—2025
  • Subjudul
  • Rabu, 1 Januari
  • Kamis, 2 Januari
  • Jumat, 3 Januari
  • Sabtu, 4 Januari
  • Minggu, 5 Januari
  • Senin, 6 Januari
  • Selasa, 7 Januari
  • Rabu, 8 Januari
  • Kamis, 9 Januari
  • Jumat, 10 Januari
  • Sabtu, 11 Januari
  • Minggu, 12 Januari
  • Senin, 13 Januari
  • Selasa, 14 Januari
  • Rabu, 15 Januari
  • Kamis, 16 Januari
  • Jumat, 17 Januari
  • Sabtu, 18 Januari
  • Minggu, 19 Januari
  • Senin, 20 Januari
  • Selasa, 21 Januari
  • Rabu, 22 Januari
  • Kamis, 23 Januari
  • Jumat, 24 Januari
  • Sabtu, 25 Januari
  • Minggu, 26 Januari
  • Senin, 27 Januari
  • Selasa, 28 Januari
  • Rabu, 29 Januari
  • Kamis, 30 Januari
  • Jumat, 31 Januari
Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari—2025
es25 hlm. 7-19

Januari

Rabu, 1 Januari

Ada jenazah yang sedang diusung ke luar. Yang meninggal itu anak tunggal seorang janda.—Luk. 7:12.

Yesus ”tergerak oleh rasa kasihan” setelah melihat ibu yang sedang berduka itu. (Luk. 7:13) Tapi, Yesus tidak hanya merasa kasihan. Dia juga melakukan sesuatu untuk membantu ibu itu. Dengan lembut dia berkata kepadanya, ”Jangan menangis lagi.” Lalu, Yesus berinisiatif untuk membangkitkan anak itu dan ”menyerahkan dia kepada ibunya”. (Luk. 7:​14, 15) Apa yang bisa kita pelajari dari mukjizat Yesus itu? Seperti Yesus, kita akan bisa beriba hati kepada orang yang sedang berduka kalau kita memperhatikan mereka. Kita perlu berinisiatif untuk membantu dan menghibur mereka melalui kata-kata dan tindakan kita. (Ams. 17:17; 2 Kor. 1:​3, 4; 1 Ptr. 3:8) Ingatlah, kata-kata dan tindakan yang sederhana pun bisa sangat menguatkan mereka. w23.04 5-6 ¶13-15

Kamis, 2 Januari

Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tapi membawa kemuliaan bagi Allah.—Yoh. 11:4.

Yesus tahu bahwa Lazarus sahabatnya sudah meninggal. Meski begitu, Yesus tidak langsung pergi ke Betani. Dia menunggu sampai dua hari, baru setelah itu dia pergi ke sana. Jadi saat Yesus tiba di Betani, Lazarus sudah meninggal selama empat hari. Di sana, Yesus ingin melakukan sesuatu untuk membantu sahabat-sahabatnya dan memuliakan Allah. (Yoh. 11:​6, 11, 17) Dari peristiwa ini, kita bisa belajar sesuatu tentang persahabatan. Coba pikirkan: Sewaktu Maria dan Marta mengirimkan pesan kepada Yesus, mereka sebenarnya tidak meminta Yesus untuk datang ke Betani. Mereka hanya mengatakan bahwa sahabat yang Yesus sayangi sedang sakit. (Yoh. 11:3) Dan, sewaktu Lazarus meninggal, Yesus bisa saja membangkitkan dia dari jauh. Meski begitu, Yesus memilih untuk datang ke Betani supaya dia bisa menemani sahabat-sahabatnya, Maria dan Marta. Saudara juga mungkin memiliki sahabat yang siap membantu tanpa harus diminta. Saudara tahu bahwa dia bisa diandalkan ”saat ada kesusahan”. (Ams. 17:17) Semoga kita bisa meniru Yesus dengan menjadi sahabat yang seperti itu. w23.04 10 ¶10-11

Jumat, 3 Januari

[Dia] yang menjanjikan harapan itu setia.—Ibr. 10:23.

Sewaktu menghadapi kesulitan, kita mungkin merasa bahwa dunia baru yang Yehuwa janjikan masih sangat lama. Apakah itu berarti iman kita lemah? Belum tentu. Coba perhatikan gambaran ini: Sewaktu kita berada di musim hujan yang sangat dingin, kita mungkin merasa bahwa musim panas masih sangat lama. Tapi, kita tahu bahwa musim panas pasti akan tiba. Sama seperti itu, sewaktu kita sangat kecil hati, kita mungkin merasa bahwa dunia baru tidak akan segera datang. Tapi, kalau iman kita kuat, kita tahu bahwa janji Allah pasti akan terwujud. (Mz. 94:​3, 14, 15; Ibr. 6:​17-19) Kalau kita yakin akan hal itu, kita bisa terus mengutamakan ibadah kita kepada Yehuwa. Kita juga membutuhkan iman yang kuat sewaktu mengabar. Banyak orang merasa bahwa harapan dunia baru itu tidak masuk akal. (Yeh. 33:32; Mat. 24:14) Jangan terpengaruh cara berpikir orang-orang itu. Kita harus terus memperkuat iman kita. w23.04 27 ¶6-7; 28 ¶14

Sabtu, 4 Januari

Kita tahu bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita minta, karena kita sudah memintanya dari Dia.—1 Yoh. 5:15.

Pernahkah Saudara merasa ragu apakah Yehuwa menjawab doa-doa Saudara? Kalau ya, Saudara tidak sendirian. Banyak saudara-saudari juga merasa seperti itu, terutama sewaktu mereka menghadapi masalah. Sewaktu kita menderita, kita mungkin sulit untuk melihat bagaimana Yehuwa menjawab doa-doa kita. Mengapa kita bisa yakin bahwa Yehuwa menjawab doa hamba-hamba-Nya? Alkitab meyakinkan kita bahwa Yehuwa sangat menyayangi kita dan menganggap kita berharga. (Hag. 2:7; 1 Yoh. 4:10) Karena itulah Dia mengundang kita untuk berdoa dan mengandalkan Dia. (1 Ptr. 5:​6, 7) Dia ingin membantu kita agar kita bisa tetap dekat dengan-Nya dan bisa bertekun menghadapi kesulitan. Alkitab sering menceritakan bagaimana Yehuwa menjawab doa hamba-hamba-Nya. Apakah Saudara ingat salah satu contohnya? w23.05 8 ¶1-4

Minggu, 5 Januari

Maria berkata, ”Jiwaku mengagungkan Yehuwa.”—Luk. 1:46.

Maria bersahabat akrab dengan Yehuwa, dan imannya tidak bergantung pada Yusuf. Dia tahu banyak tentang Kitab Suci. Dia juga meluangkan waktu untuk merenungkan apa yang dia pelajari. (Luk. 2:​19, 51) Kerohanian Maria pasti membuat dia menjadi istri yang baik. Di zaman kita, ada banyak istri yang berupaya meniru teladan Maria. Misalnya, seorang saudari bernama Emiko berkata, ”Waktu saya belum menikah, saya punya rutin rohani yang baik. Tapi setelah menikah, suami saya yang memimpin dalam doa dan ibadah. Iman saya jadi bergantung pada suami saya. Belakangan, saya sadar bahwa sayalah yang bertanggung jawab untuk menjaga hubungan saya dengan Yehuwa tetap kuat. Jadi sekarang, saya secara pribadi meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Alkitab, dan merenungkannya.” (Gal. 6:5) Para istri, kalau kalian terus memperkuat hubungan kalian dengan Yehuwa, suami kalian akan punya lebih banyak alasan untuk memuji kalian dan menyayangi kalian.—Ams. 31:30. w23.05 21-22 ¶6

Senin, 6 Januari

Aku akan mengajar kalian apa artinya menghormati Yehuwa.—Mz. 34:11.

Kita tidak secara otomatis memiliki rasa takut kepada Yehuwa. Jadi, apa yang perlu kita lakukan? Salah satunya, kita perlu mengamati ciptaan. Ciptaan Allah menunjukkan bahwa Dia berhikmat, mahakuasa, dan sangat menyayangi kita. Dengan menyadari hal-hal itu, kita akan semakin menghormati dan menyayangi Yehuwa. (Rm. 1:20) Kita juga bisa memiliki rasa takut kepada Allah dengan berdoa secara rutin. Semakin sering kita berdoa, Yehuwa akan menjadi semakin nyata bagi kita. Setiap kali kita meminta kekuatan untuk bertekun, kita seperti diingatkan bahwa kekuatan Yehuwa luar biasa. Saat kita bersyukur atas korban tebusan Putra-Nya, kita seperti diingatkan bahwa Yehuwa menyayangi kita. Dan, saat kita meminta bantuan Yehuwa untuk mengatasi masalah, kita seperti diingatkan bahwa Dia sangat berhikmat. Ya, doa seperti itu akan membuat kita semakin menghormati Yehuwa. Dan, itu akan memperkuat tekad kita untuk tidak melakukan apa pun yang bisa merusak persahabatan kita dengan-Nya. w23.06 15 ¶6-7

Selasa, 7 Januari

Yehuwa adalah Pemberi Hukum kita.—Yes. 33:22.

Yehuwa selalu menyampaikan hukum-Nya dengan jelas kepada umat-Nya. Misalnya, melalui badan pimpinan di abad pertama, Dia memberitahukan bahwa orang Kristen harus: (1) menolak penyembahan berhala dan hanya menyembah Yehuwa, (2) menaati hukum Yehuwa tentang kesucian darah, dan (3) mengikuti standar moral yang tinggi berdasarkan Alkitab. (Kis. 15:​28, 29) Bagaimana kita sekarang bisa tetap teguh dalam ketiga hal itu? Dengan menyembah Yehuwa dan menaati Dia. Yehuwa memerintahkan bangsa Israel untuk mengabdi kepada-Nya saja. (Ul. 5:​6-10) Dan ketika Yesus digoda oleh Iblis, dia dengan jelas mengatakan bahwa kita harus menyembah Yehuwa saja. (Mat. 4:​8-10) Karena itu, kita tidak menyembah berhala. Kita juga tidak mengidolakan manusia. Misalnya, kita tidak memuja-muja pemimpin agama, pemimpin politik, atlet, atau artis mana pun. Sebaliknya, kita hanya menyembah Yehuwa, yang ”menciptakan segalanya”.—Why. 4:11. w23.07 14-15 ¶3-4

Rabu, 8 Januari

Karena menghormati Yehuwa, orang menjauhi yang jahat.—Ams. 16:6.

Dunia Setan tergila-gila dengan seks yang bejat dan pornografi. (Ef. 4:19) Karena itu, kita harus memiliki rasa takut kepada Allah dan menjauhi apa yang buruk. Di Amsal pasal 9, hikmat dan kebodohan digambarkan sebagai dua perempuan. Masing-masing mengundang orang-orang yang ”tidak berakal”, atau yang tidak berpengalaman. Kedua perempuan itu seolah-olah berkata, ’Ayo datang dan makan di rumah saya.’ (Ams. 9:​1, 4-6) Tapi, hasil akhir kedua undangan tersebut sangat berbeda. Perhatikan undangan dari perempuan yang pertama, yang digambarkan sebagai ”perempuan bodoh”. (Ams. 9:​13-18) Dengan tidak tahu malu, dia mengundang orang-orang yang ”tidak berakal” untuk datang ke rumahnya dan makan bersamanya. Apa yang terjadi pada mereka yang menerima undangan itu? Mereka masuk ke ”Kuburan yang dalam”. Kita diperingatkan tentang ”perempuan bejat” dan ”perempuan nakal”. Kita diberi tahu bahwa ”pergi ke rumahnya seperti pergi menuju kematian”. (Ams. 2:​11-19) Amsal 5:​3-10 juga memperingatkan kita tentang ”perempuan bejat” lainnya yang ”kakinya turun menuju kematian”. w23.06 21-22 ¶6-7

Kamis, 9 Januari

Tunjukkan sikap masuk akal kalian kepada semua orang.—Flp. 4:5.

Para penatua harus menjadi teladan dalam bersikap masuk akal. (1 Tim. 3:​2, 3) Misalnya, seorang penatua tidak boleh berharap pendapatnya selalu diterima hanya karena dia lebih berumur atau lebih berpengalaman daripada para penatua lainnya. Dia tahu bahwa kuasa kudus Yehuwa bisa menggerakkan penatua mana pun untuk mengatakan sesuatu yang bisa membantu badan penatua membuat keputusan yang bijak. Kalau sebagian besar penatua sepakat untuk membuat keputusan tertentu, dan itu tidak bertentangan dengan prinsip Alkitab, seorang penatua yang masuk akal akan mendukung keputusan tersebut, walaupun dia mungkin punya pendapat yang berbeda. Orang Kristen mendapat banyak berkat karena bersikap masuk akal. Kita punya hubungan yang baik dengan saudara-saudari, dan sidang menjadi lebih damai. Kita bisa menikmati pergaulan dengan saudara-saudari yang memiliki kepribadian dan kebudayaan yang berbeda-beda. Kita senang karena meskipun kita semua berbeda-beda, kita bisa bersatu menyembah Yehuwa. Dan yang terpenting, kita merasa puas karena tahu bahwa kita meniru Yehuwa, Allah kita yang selalu bersikap masuk akal. w23.07 25 ¶16-17

Jumat, 10 Januari

Orang-orang yang punya pemahaman akan mengerti.—Dan. 12:10.

Daniel mempelajari nubuat dengan niat yang benar, yaitu untuk mengetahui kebenaran. Daniel juga rendah hati. Dia tahu bahwa Yehuwa akan memberikan pemahaman kepada orang-orang yang mengenal Dia dan mengikuti standar-Nya. (Dan. 2:​27, 28) Daniel dengan rendah hati mengandalkan bantuan Yehuwa. (Dan. 2:18) Dia juga belajar dengan teliti. Dia memeriksa bagian-bagian Kitab Suci yang tersedia pada waktu itu. (Yer. 25:​11, 12; Dan. 9:2) Bagaimana Saudara bisa meniru Daniel? Periksalah niat hati Saudara. Apakah Saudara mempelajari nubuat Alkitab karena Saudara sangat ingin mengetahui kebenaran? Kalau ya, Yehuwa akan membantu Saudara. (Yoh. 4:​23, 24; 14:​16, 17) Tapi, beberapa orang mempelajari nubuat dengan niat yang salah. Mereka ingin membuktikan bahwa Alkitab tidak berasal dari Allah. Mereka melakukan itu karena mereka tidak mau mengikuti standar Allah dan ingin menentukan sendiri apa yang benar dan yang salah. Berbeda dengan mereka, kita perlu mempelajari nubuat dengan niat yang benar. w23.08 9 ¶7-8

Sabtu, 11 Januari

Kalau kamu patah semangat . . . , kekuatanmu akan terkuras.—Ams. 24:10.

Kalau kita membandingkan diri dengan orang lain, kita bisa punya harapan yang tidak masuk akal, dan itu bisa membuat kita terbebani. (Gal. 6:4) Kita juga bisa menjadi iri dan punya semangat bersaing. (Gal. 5:26) Kita pun mungkin memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya di luar kemampuan kita. Selain itu, kalau ’harapan yang tertunda bisa membuat hati sakit’, apalagi harapan yang tidak mungkin bisa dipenuhi. (Ams. 13:12) Itu bisa menguras tenaga kita dan membuat kita melambat dalam perlombaan menuju kehidupan. Jangan memaksa diri untuk melakukan lebih dari yang Yehuwa minta. Dia tidak pernah mengharapkan Saudara memberikan sesuatu di luar kemampuan Saudara. (2 Kor. 8:12) Yakinlah, Yehuwa tidak membandingkan Saudara dengan orang lain. (Mat. 25:​20-23) Dia menghargai pelayanan Saudara yang sepenuh hati, kesetiaan Saudara, dan ketekunan Saudara. w23.08 29 ¶10-11

Minggu, 12 Januari

Apakah aku akan mati kehausan?—Hak. 15:18.

Yehuwa menjawab seruan Simson dengan menyediakan sumber air secara mukjizat. Sewaktu Simson meminum air yang disediakan, ”tenaganya pulih dan dia segar lagi”. (Hak. 15:19) Kelihatannya, sumber air itu masih ada bertahun-tahun kemudian sewaktu Nabi Samuel menulis buku Hakim-Hakim. Saat melihat aliran air itu, orang Israel bisa mengingat bahwa Yehuwa akan memberikan bantuan yang dibutuhkan hamba-hamba-Nya yang setia kalau mereka mengandalkan Dia. Kita juga perlu mengandalkan bantuan Yehuwa meskipun kita mungkin memiliki bakat dan keterampilan tertentu atau sudah berhasil melakukan banyak hal dalam melayani Dia. Kita harus bersikap sadar diri dengan mengakui bahwa kita bisa berhasil hanya kalau kita mengandalkan Yehuwa. Seperti Simson yang dikuatkan sewaktu meminum air yang Yehuwa sediakan, kita akan dikuatkan secara rohani sewaktu kita memanfaatkan semua persediaan Yehuwa.—Mat. 11:28. w23.09 4 ¶8-10

Senin, 13 Januari

Jawaban yang lembut menjauhkan amarah, tapi perkataan yang kasar memicu kemarahan.—Ams. 15:1.

Apa yang perlu kita lakukan sewaktu orang lain membuat kita kesal, misalnya dengan menjelek-jelekkan nama Allah atau Alkitab? Kita perlu berdoa kepada Yehuwa untuk meminta kuasa kudus dan hikmat-Nya supaya kita bisa menanggapi dengan lembut. Tapi, bagaimana kalau belakangan kita sadar bahwa tanggapan kita kurang baik? Kita bisa berdoa lagi dan memikirkan cara yang lebih baik untuk menanggapinya kalau itu terjadi lagi. Yehuwa pun akan memberikan kuasa kudus-Nya supaya kita bisa mengendalikan diri dan bersikap lembut. Ada banyak ayat Alkitab yang bisa membantu kita untuk mengendalikan kata-kata kita sewaktu menghadapi situasi yang sulit. Kuasa kudus Allah bisa membuat kita mengingat ayat-ayat itu. (Yoh. 14:26) Misalnya, prinsip-prinsip yang ada di buku Amsal bisa membantu kita bersikap lembut. (Ams. 15:18) Buku Amsal juga menunjukkan apa manfaatnya kalau kita tetap tenang dalam situasi yang menegangkan.—Ams. 10:19; 17:27; 21:23; 25:15. w23.09 15 ¶6-7

Selasa, 14 Januari

Saya selalu ingin mengingatkan kalian tentang hal-hal ini.—2 Ptr. 1:12.

Rasul Petrus sudah melayani dengan setia selama puluhan tahun. Dia ikut melayani bersama Yesus, memulai pengabaran kepada bangsa lain, dan menjadi anggota badan pimpinan. Tapi di akhir kehidupannya, Yehuwa masih memberi dia tugas lain. Kira-kira tahun 62-64 M, Yehuwa menggunakan dia untuk menulis dua surat di Alkitab, yaitu surat 1 Petrus dan 2 Petrus. (2 Ptr. 1:​13-15) Sewaktu Petrus menulis surat-suratnya, rekan-rekan seimannya sedang ”menderita berbagai cobaan”. (1 Ptr. 1:6) Ada orang-orang yang berupaya mencemari sidang Kristen dengan ajaran palsu dan tingkah laku yang najis. (2 Ptr. 2:​1, 2, 14) Selain itu, orang Kristen yang saat itu tinggal di Yerusalem sebentar lagi akan menghadapi ”akhir segalanya”, yaitu hancurnya kota Yerusalem dan baitnya karena serangan pasukan Romawi. (1 Ptr. 4:7) Jadi, dengan membaca surat-surat Petrus, orang Kristen bisa tahu apa yang perlu mereka lakukan untuk terus bertekun dan siap menghadapi ujian yang akan datang. w23.09 26 ¶1-2

Rabu, 15 Januari

[Kristus] belajar ketaatan dari hal-hal yang dia derita.—Ibr. 5:8.

Yesus ”belajar ketaatan” bukan sewaktu keadaannya baik-baik saja. Begitu juga dengan kita. Misalnya, di awal pandemi COVID-19, kita diminta untuk tidak berhimpun di Balai Kerajaan dan tidak mengabar dari rumah ke rumah. Apakah Saudara sulit untuk menaati petunjuk itu? Meskipun itu tidak mudah, ketaatan Saudara melindungi Saudara, membuat sidang tetap bersatu, dan menyenangkan Yehuwa. Kita semua juga menjadi semakin siap untuk menaati petunjuk apa pun selama kesengsaraan besar nanti. Saat itu, keselamatan kita mungkin bergantung pada ketaatan kita! (Ayb. 36:11) Kita menaati Yehuwa terutama karena kita menyayangi Dia dan ingin menyenangkan Dia. (1 Yoh. 5:3) Kita tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan Yehuwa. (Mz. 116:12) Tapi, kita bisa menaati Dia dan orang-orang yang memiliki wewenang. Kalau kita taat, kita menunjukkan bahwa kita bijaksana. Dan kalau kita bijaksana, kita akan membuat hati Yehuwa senang.—Ams. 27:11. w23.10 11 ¶18-19

Kamis, 16 Januari

Sembahlah Pencipta langit [dan] bumi.—Why. 14:7.

Kalau ada malaikat yang berbicara kepada Saudara, apakah Saudara mau mendengarkan dia? Di zaman kita, sebenarnya ada malaikat yang sedang berbicara ”kepada setiap suku, ras, bahasa, dan bangsa”. Apa yang dia katakan? ”Takutlah kepada Allah dan muliakan Dia . . . Sembahlah Pencipta langit [dan] bumi.” (Why. 14:​6, 7) Yehuwa adalah satu-satunya Allah yang benar, yang harus disembah setiap orang. Dan, Dia sudah memberi kita kesempatan yang berharga untuk menyembah Dia di bait rohani-Nya yang agung. Kita pasti sangat bersyukur atas hal itu! Apa itu bait rohani, dan di mana kita bisa mendapat penjelasan tentang itu? Bait rohani bukanlah sebuah bangunan. Tapi, itu adalah pengaturan yang Yehuwa buat berdasarkan korban tebusan Yesus agar manusia bisa menjalankan ibadah yang diterima Yehuwa. Rasul Paulus menjelaskan pengaturan ini dalam surat yang dia tulis kepada orang-orang Kristen Ibrani yang tinggal di Yudea pada abad pertama. w23.10 24 ¶1-2

Jumat, 17 Januari

”Bukan dengan pasukan tempur ataupun dengan kekuatan manusia, tapi dengan kuasa kudus-Ku,” kata Yehuwa.—Za. 4:6.

Pada tahun 522 SM, musuh orang-orang Yahudi berhasil membuat pemerintah Persia melarang pembangunan bait Yehuwa. Tapi, Zakharia meyakinkan orang Yahudi bahwa Yehuwa akan menggunakan kuasa-Nya yang hebat untuk menyingkirkan semua rintangan. Pada tahun 520 SM, Raja Darius mencabut larangan itu. Dia bahkan menyediakan dana untuk pembangunan bait dan memerintahkan para gubernur untuk mendukung pembangunan itu. (Ezr. 6:​1, 6-10) Yehuwa berjanji bahwa Dia akan mendukung umat-Nya kalau mereka mengutamakan pembangunan bait. (Hag. 1:​8, 13, 14; Za. 1:​3, 16) Orang Yahudi sangat dikuatkan oleh kata-kata itu, dan mereka melanjutkan pembangunan bait pada tahun 520 SM. Bait itu pun selesai dibangun dalam waktu kurang dari lima tahun. Karena mereka berfokus melakukan kehendak Allah meskipun mengalami kesulitan, Yehuwa mendukung mereka. Hasilnya, mereka bisa beribadah kepada Yehuwa dengan bersukacita.—Ezr. 6:​14-16, 22. w23.11 15 ¶6-7

Sabtu, 18 Januari

Abraham [adalah] bapak semua orang yang benar-benar mengikuti jejak imannya.—Rm. 4:12.

Meskipun banyak orang pernah mendengar tentang Abraham, hanya sedikit yang mengenal dia dengan baik. Tapi, Saudara pasti tahu banyak tentang Abraham. Misalnya, Saudara tahu bahwa dia disebut sebagai ”bapak semua orang beriman”. (Rm. 4:11) Tapi Saudara mungkin berpikir, ’Apakah saya bisa mengikuti jejak Abraham dan punya iman yang kuat seperti dia?’ Ya, Saudara pasti bisa. Salah satu cara kita bisa memiliki iman seperti Abraham adalah dengan mempelajari teladannya. Sesuai perintah Allah, Abraham pindah ke negeri yang jauh, tinggal di tenda-tenda selama puluhan tahun, dan rela mengorbankan anak yang dia sayangi, Ishak. Semua itu menunjukkan bahwa dia sangat beriman. Karena iman dan perbuatan Abraham, Allah senang kepadanya dan mau menjadi sahabatnya. (Yak. 2:​22, 23) Nah, Yehuwa juga ingin agar kita semua, termasuk Saudara, menyenangkan Dia dan menjadi sahabat-Nya. Karena itu, Dia membimbing Paulus dan Yakobus, para penulis Alkitab, untuk mencatat teladan Abraham. w23.12 2 ¶1-2

Minggu, 19 Januari

Setiap orang harus cepat mendengar, tidak cepat bicara.—Yak. 1:19.

Saudari-saudari, belajarlah untuk berkomunikasi dengan baik. Ini adalah keterampilan yang penting bagi orang Kristen. Yakobus murid Yesus memberi kita nasihat yang bagus dalam ayat hari ini. Kalau kalian mendengarkan baik-baik saat orang lain berbicara, kalian menunjukkan sikap ”seperasaan” kepada mereka. (1 Ptr. 3:8) Sewaktu kalian tidak mengerti maksud atau perasaan mereka, ajukan pertanyaan dengan bijaksana. Lalu, berpikirlah sebelum berbicara. (Ams. 15:28) Coba pikirkan: ’Apakah hal yang akan saya katakan ini benar dan bisa menguatkan? Apakah itu baik hati dan tidak merendahkan?’ Belajarlah dari saudari-saudari yang terampil berkomunikasi. (Ams. 31:26) Perhatikan cara mereka berbicara. Ingatlah, semakin terampil kalian berkomunikasi, semakin baik hubungan kalian dengan orang lain. w23.12 21 ¶12

Senin, 20 Januari

Orang yang mengasingkan diri . . . menolak semua hikmat.—Ams. 18:1.

Sekarang, Yehuwa bisa menggunakan keluarga, teman, atau para penatua untuk menguatkan kita. Memang, kita mungkin lebih suka menyendiri sewaktu kita sedang stres, dan itu wajar. Tapi, apa yang bisa kita lakukan untuk menerima bantuan Yehuwa? Lawanlah dorongan untuk menyendiri. Kalau kita menyendiri, kita biasanya berpikiran sempit, dan kita hanya berfokus pada diri sendiri dan masalah kita. Ini bisa membuat kita mengambil keputusan yang buruk. Memang, kita semua kadang membutuhkan waktu untuk sendirian, terutama saat kita baru mengalami tragedi. Tapi, kalau kita menyendiri untuk waktu yang lama, bisa jadi kita malah menolak bantuan dari Yehuwa. Karena itu, terimalah bantuan dari keluarga, teman-teman, dan para penatua. Ingatlah bahwa Yehuwa sedang menggunakan mereka untuk menopang Saudara.—Ams. 17:17; Yes. 32:​1, 2. w24.01 24 ¶12-13

Selasa, 21 Januari

Dia tidak boleh memotong rambutnya.—Bil. 6:5.

Orang Nazir berikrar untuk tidak memotong rambut mereka. Itu menjadi tanda bahwa mereka sepenuhnya tunduk kepada Yehuwa. Sayangnya, orang Israel tidak selalu menghargai dan mendukung orang Nazir. Jadi, ada saatnya orang Nazir harus sangat berani untuk memenuhi ikrar mereka dan terlihat berbeda. (Am. 2:12) Kita juga terlihat berbeda dari orang-orang di sekitar kita karena kita memilih untuk menaati Yehuwa. Kita butuh keberanian untuk memberi tahu orang-orang di tempat kerja atau di sekolah bahwa kita adalah Saksi Yehuwa. Dan, karena sikap dan tingkah laku orang-orang semakin buruk, kita mungkin akan semakin sulit untuk mengikuti prinsip Alkitab dan memberitakan kabar baik. (2 Tim. 1:8; 3:13) Tapi ingatlah, kalau kita berani terlihat berbeda dari orang-orang yang tidak melayani Yehuwa, kita akan ’membuat hati Yehuwa senang’.—Ams. 27:11; Mal. 3:18. w24.02 16 ¶7; 17 ¶9

Rabu, 22 Januari

Sambutlah satu sama lain.—Rm. 15:7.

Coba perhatikan bagaimana keadaan sidang di Roma. Latar belakang orang-orang di sidang itu sangat beragam. Sebagian dari mereka adalah orang Yahudi, yang dulunya diajar untuk selalu mengikuti Hukum Musa. Tapi, sebagian lagi adalah orang-orang dari bangsa lain, yang latar belakangnya sangat berbeda dengan orang Yahudi. Selain itu, ada orang Kristen yang adalah budak, sementara yang lainnya adalah orang merdeka, yang bahkan mungkin memiliki budak. Meskipun mereka punya latar belakang yang berbeda-beda, bagaimana mereka bisa memperkuat kasih kepada satu sama lain? Rasul Paulus menasihati mereka, ”Sambutlah satu sama lain.” Apa maksudnya? Kata yang diterjemahkan menjadi ”sambutlah” berarti menyambut seseorang dengan baik hati dan murah hati, misalnya menyambut ke rumah atau ke dalam suatu kelompok pertemanan. Sewaktu Rasul Paulus memberi tahu Filemon untuk menyambut Onesimus, seorang budak yang sedang melarikan diri, Paulus mengatakan, ”Terimalah dia dengan baik.” (Flm. 17) Sewaktu Priskila dan Akuila ingin membantu Apolos untuk lebih memahami ajaran Kristen, mereka mengundangnya ke rumah mereka. (Kis. 18:26) Ya, meskipun punya latar belakang yang berbeda-beda, orang-orang Kristen itu tidak terpecah belah. Sebaliknya, mereka terus berupaya menyambut satu sama lain. w23.07 6 ¶13

Kamis, 23 Januari

Akan kupenuhi ikrarku kepada Yehuwa.—Mz. 116:14.

Alasan utama Saudara membaktikan diri kepada Yehuwa adalah karena Saudara mengasihi Dia. Kasih Saudara tidak berdasarkan perasaan saja. Sebaliknya, kasih Saudara kepada Yehuwa bertumbuh karena ”pengetahuan yang tepat” dan ”pemahaman rohani”, yaitu hal-hal yang Saudara pelajari tentang Yehuwa. (Kol. 1:9) Karena mempelajari Alkitab, Saudara menjadi yakin bahwa (1) Yehuwa memang ada, (2) Alkitab adalah Firman Allah, dan (3) Yehuwa menggunakan organisasi-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Orang-orang yang membaktikan diri kepada Yehuwa perlu mengetahui ajaran dasar yang ada dalam Firman Allah dan hidup sesuai dengan standar Alkitab. Mereka juga berupaya sebisa-bisanya untuk menceritakan kepercayaan mereka kepada orang lain. (Mat. 28:​19, 20) Mereka mengasihi Yehuwa dan benar-benar ingin mengabdi kepada Dia saja. Apakah perasaan Saudara juga seperti itu? w24.03 4-5 ¶6-8

Jumat, 24 Januari

Mereka akan menjadi satu.—Kej. 2:24.

Suami Abigail adalah Nabal, yang Alkitab sebut sebagai orang yang kasar dan jahat. (1 Sam. 25:3) Pasti tidak mudah bagi Abigail untuk hidup bersama orang seperti itu. Apakah Abigail punya kesempatan untuk mengakhiri perkawinannya? Ya. Suatu hari, Daud, calon raja Israel, datang untuk membunuh Nabal karena dia sudah menghina Daud dan anak buahnya. (1 Sam. 25:​9-13) Sebenarnya, Abigail bisa saja melarikan diri dan membiarkan Nabal dibunuh. Tapi, Abigail malah meyakinkan Daud untuk tidak membunuh Nabal. (1 Sam. 25:​23-27) Mengapa? Abigail menyayangi Yehuwa dan mau mengikuti standar-Nya tentang perkawinan. Abigail mengerti bahwa perkawinan itu suci bagi Yehuwa. Dia ingin menyenangkan Allah, dan itu pasti membuat dia berupaya sebisa-bisanya untuk menyelamatkan perkawinannya, termasuk suaminya. Jadi, dia segera bertindak untuk mencegah Daud membunuh Nabal. w24.03 16-17 ¶9-10

Sabtu, 25 Januari

Aku akan menguatkan kalian dengan perkataan mulutku.—Ayb. 16:5.

Di sidang, apakah ada yang sedang berupaya menyederhanakan kehidupan supaya bisa berbuat lebih banyak dalam pelayanan? Apakah ada anak muda yang memberanikan diri untuk terlihat berbeda di sekolah, meskipun itu sulit untuk mereka? Apakah ada yang ditentang oleh keluarganya dan berjuang untuk tetap setia? Semoga kita menggunakan setiap kesempatan untuk menguatkan mereka dengan kata-kata kita. Tunjukkan bahwa kita menghargai pengorbanan dan ketekunan mereka. (Flm. 4, 5, 7) Yehuwa yakin bahwa kita benar-benar ingin menyenangkan Dia dan bahwa kita rela membuat pengorbanan untuk memenuhi ikrar pembaktian kita. Yehuwa juga dengan baik hati memberi kita kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada-Nya. (Ams. 23:​15, 16) Jadi, semoga kita bertekad untuk terus melayani Yehuwa dan rela memberikan yang terbaik untuk Dia! w24.02 18 ¶14; 19 ¶16

Minggu, 26 Januari

Dia berkeliling di negeri itu sambil berbuat baik dan menyembuhkan.—Kis. 10:38.

Waktu itu adalah akhir tahun 29 M, dan Yesus baru saja memulai pelayanannya. Yesus dan Maria ibunya diundang untuk menghadiri sebuah pesta pernikahan di Kana. Maria sepertinya membantu untuk menyediakan kebutuhan para tamu. Tapi, ada masalah. Ternyata, anggur yang disediakan sudah habis. Maria pun langsung mendekati Yesus dan mengatakan, ”Mereka kehabisan anggur.” (Yoh. 2:​1-3) Apa yang Yesus lakukan? Dia mengubah air menjadi ”anggur yang bagus”. (Yoh. 2:​9, 10) Yesus melakukan banyak mukjizat lain selama pelayanannya. Dia melakukan mukjizat untuk membantu puluhan ribu orang. Misalnya, dalam dua mukjizatnya, Yesus memberi makan 5.000 pria dan belakangan 4.000 pria. Kalau wanita dan anak-anak juga dihitung, jumlah orang yang Yesus beri makan mungkin mencapai lebih dari 27.000 orang. (Mat. 14:​15-21; 15:​32-38) Dalam dua peristiwa itu, Yesus juga menyembuhkan banyak orang sakit.—Mat. 14:14; 15:​30, 31. w23.04 2 ¶1-2

Senin, 27 Januari

Aku, Yehuwa Allahmu, memegang erat tangan kananmu dan berkata kepadamu, ”Jangan takut. Aku akan menolongmu.”—Yes. 41:13.

Setelah kita mengalami tragedi, wajar saja kalau ada saatnya kita merasa lelah secara fisik dan emosi. Seperti Elia, kita mungkin ingin tidur saja dan tidak mau bangun. (1 Raj. 19:​5-7) Kita mungkin membutuhkan bantuan untuk tetap aktif melayani Yehuwa. Di saat-saat seperti itu, Yehuwa meyakinkan kita bahwa Dia akan menolong kita, seperti yang disebutkan di ayat hari ini. Raja Daud pernah merasakan hal itu. Sewaktu menghadapi berbagai kesulitan dan serangan musuh, dia berkata kepada Yehuwa, ”Tangan kanan-Mu menopang aku.” (Mz. 18:35) Yehuwa sering kali menggerakkan orang lain untuk membantu kita. Misalnya, suatu kali Daud pernah merasa lemah, dan Yonatan sahabatnya datang untuk menguatkan dan menyemangati dia. (1 Sam. 23:​16, 17) Yehuwa juga pernah menggunakan Elisa untuk membantu Elia.—1 Raj. 19:​16, 21; 2 Raj. 2:2. w24.01 23-24 ¶10-12

Selasa, 28 Januari

Yehuwa-lah yang memberikan hikmat; dari mulut-Nya keluar pengetahuan dan pertimbangan yang baik.—Ams. 2:6.

Di Amsal pasal 9, ”hikmat yang benar” digambarkan sebagai seorang perempuan, dan dari ayat-ayat itu, kita belajar bahwa Yehuwa itu murah hati dan senang memberi kita banyak hal yang baik. Perempuan tersebut sudah menyiapkan daging dan anggur serta menghidangkan semua itu untuk tamu-tamunya. (Ams. 9:2) Lalu, ayat 4 dan 5 mengatakan, ”Dia [hikmat yang benar] berkata kepada orang yang tidak berakal, ’Mari, makanlah rotiku.’” Mengapa kita perlu menerima undangan itu? Yehuwa ingin anak-anak-Nya berhikmat sehingga mereka bisa tetap aman. Dia ingin melindungi kita supaya kita tidak harus belajar dari pengalaman pahit yang bisa membuat kita menyesal. Karena itulah ”Dia menyimpan hikmat bagi orang lurus hati”. (Ams. 2:7) Kalau kita takut kepada Yehuwa, kita akan berusaha menyenangkan Dia. Kita akan mendengarkan nasihat-Nya yang bijaksana dan mengikutinya dengan senang hati.—Yak. 1:25. w23.06 23 ¶14-15

Rabu, 29 Januari

Allah itu adil, sehingga Dia tidak akan melupakan perbuatan kalian.—Ibr. 6:10.

Kalau kita tidak bisa melakukan banyak hal dalam melayani Allah, kita bisa yakin bahwa Yehuwa menghargai upaya kita yang tulus untuk menyenangkan Dia. Dari mana kita tahu? Dulu, Yehuwa pernah meminta Nabi Zakharia untuk membuat mahkota dari emas dan perak yang dikirim oleh orang-orang Yahudi di Babilon. (Za. 6:11) ”Mahkota agung” ini dibuat sebagai ”pengingat” tentang sumbangan yang mereka berikan dengan murah hati. (Za. 6:​14, juga catatan kaki) Ya, kita bisa yakin bahwa Yehuwa tidak akan pernah melupakan upaya kita yang sepenuh hati untuk melayani Dia di masa yang sulit. Kita pasti akan terus menghadapi kesulitan di hari-hari terakhir ini, dan keadaannya mungkin akan bertambah buruk. (2 Tim. 3:​1, 13) Tapi, kita tidak perlu terlalu khawatir. Ingatlah kata-kata Yehuwa kepada umat-Nya di zaman Hagai: ”Aku menyertai kalian . . . Jangan takut.” (Hag. 2:​4, 5) Kita bisa yakin bahwa Yehuwa juga akan menyertai kita kalau kita berupaya sebisa-bisanya untuk melakukan kehendak-Nya. w23.11 19 ¶20-21

Kamis, 30 Januari

Aku orang berdosa.—Luk. 5:8.

Rasul Petrus punya kelemahan dan perasaan seperti kita. Kelemahan-kelemahan Petrus bisa saja tidak ditulis dalam Alkitab. Tapi, Yehuwa memastikan itu ditulis supaya menjadi pelajaran untuk kita. (2 Tim. 3:​16, 17) Dari sini, kita bisa tahu bahwa Yehuwa tidak menuntut kesempurnaan dari kita. Dia ingin kita terus berjuang mengatasi kelemahan-kelemahan kita dan tidak menyerah. Mengapa? Karena meskipun kita merasa bahwa kita sudah berhasil mengatasi kelemahan tertentu, kita bisa saja membuat kesalahan lagi. Tapi, kita harus terus berjuang. Kita semua pasti kadang mengatakan atau melakukan sesuatu yang belakangan kita sesali. Tapi, kalau kita tidak menyerah, Yehuwa akan membantu kita untuk terus maju. (1 Ptr. 5:10) Pikirkan bagaimana Yesus berbelaskasihan kepada Petrus, yang punya banyak kelemahan. Ini bisa menyemangati kita untuk terus melayani Yehuwa. w23.09 20-21 ¶2-3

Jumat, 31 Januari

Tuan, kalau saja Tuan ada di sini, saudaraku tidak akan mati.—Yoh. 11:21.

Yesus bisa saja menyembuhkan Lazarus, seperti kata-kata Marta di ayat hari ini. Tapi, dia ingin melakukan sesuatu yang lebih menakjubkan. Dia berjanji, ”Saudaramu akan hidup lagi.” Dia juga berkata, ”Akulah kebangkitan dan kehidupan.” (Yoh. 11:​23, 25) Ya, Yesus memiliki kuasa dari Allah untuk membangkitkan orang mati. Sebelumnya, dia pernah membangkitkan seorang anak perempuan yang baru saja meninggal. Dia juga pernah membangkitkan seorang anak muda tidak lama setelah anak itu meninggal. (Luk. 7:​11-15; 8:​49-55) Tapi, apakah dia bisa membangkitkan seseorang yang sudah meninggal selama empat hari, yang tubuhnya sudah mulai membusuk? Saudara perempuan Lazarus yang lainnya, yaitu Maria, juga pergi menemui Yesus. Dia mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan Marta: ”Tuan, kalau saja Tuan ada di sini, saudaraku tidak akan mati.” (Yoh. 11:32) Maria dan orang-orang lain yang bersamanya merasa sangat sedih. Sewaktu melihat dan mendengar mereka menangis, Yesus juga menangis, karena dia merasa sedih dan kasihan kepada sahabat-sahabatnya. Dia bisa memahami kepedihan yang mereka rasakan karena orang yang mereka sayangi meninggal. Jadi, dia pasti sangat ingin menyingkirkan penyebab kepedihan mereka. w23.04 10-11 ¶12-13

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan