Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen
2-8 SEPTEMBER
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | IBRANI 7-8
”Imam Selamanya Seperti Melkhizedek”
(Ibrani 7:1, 2) Melkhizedek raja Salem, imam dari Allah Yang Mahatinggi, bertemu dengan Abraham yang sedang kembali setelah mengalahkan raja-raja, lalu dia memberkati Abraham, 2 dan Abraham memberinya sepersepuluh dari semua jarahan. Pertama, terjemahan namanya adalah ”Raja Kebenaran”, lalu raja Salem, yang artinya ”Raja Damai”.
Melkhizedek
Raja Salem kuno dan ”imam Allah Yang Mahatinggi”, Yehuwa. (Kej 14:18, 22) Ia adalah imam pertama yang disebutkan dalam Alkitab; ia menduduki jabatan itu kira-kira sebelum tahun 1933 SM. Karena Melkhizedek adalah raja Salem, yang berarti ”Damai”, rasul Paulus menyebutnya sebagai ”Raja Damai” dan, berdasarkan arti namanya, sebagai ”Raja Keadilbenaran”. (Ibr 7:1, 2) Salem kuno dianggap sebagai nukleus kota Yerusalem yang muncul belakangan, dan namanya digabungkan ke dalam nama Yerusalem, yang kadang-kadang disebut ”Salem”.—Mz 76:2.
Setelah Abram (Abraham) mengalahkan Khedorlaomer dan raja-raja sekutunya, sang patriark sampai di Lembah Syawe atau ”Lembah Raja”. Di sana, Melkhizedek ”membawa roti dan anggur” dan memberkati Abraham, dengan mengatakan, ”Diberkatilah Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Yang Menjadikan langit dan bumi; dan diagungkanlah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan para penindasmu ke tanganmu!” Lalu, Abraham memberi raja-imam itu ”sepersepuluh dari semuanya”, yaitu dari ”jarahan utama” yang diperolehnya dari kemenangannya dalam peperangan melawan raja-raja yang bersekutu itu.—Kej 14:17-20; Ibr 7:4.
(Ibrani 7:3) Ayah dan ibunya tidak diketahui, dan tidak ada catatan tentang silsilahnya, kelahirannya, atau kematiannya. Tapi dia dijadikan seperti Putra Allah, sehingga dia terus menjadi imam untuk selamanya.
Melkhizedek
Bagaimana dapat dikatakan bahwa ’hari-hari kehidupan Melkhizedek tanpa awal, juga kehidupannya tanpa akhir’?
Paulus menonjolkan suatu fakta yang luar biasa sehubungan dengan Melkhizedek, dengan mengatakan tentang dia, ”Karena tanpa bapak, tanpa ibu, tanpa silsilah, dan hari-hari kehidupannya tanpa awal, juga kehidupannya tanpa akhir, tetapi dijadikan seperti Putra Allah, ia tetap seorang imam untuk selamanya.” (Ibr 7:3) Seperti manusia lainnya, Melkhizedek dilahirkan dan mati. Akan tetapi, nama ayah dan ibunya tidak disebutkan, nenek moyang dan keturunannya tidak diungkapkan, dan Alkitab tidak memuat keterangan tentang awal kehidupannya ataupun akhir kehidupannya. Jadi, Melkhizedek dapat dengan tepat menggambarkan Yesus Kristus, yang tetap seorang imam untuk selamanya. Sebagaimana tidak ada catatan bahwa Melkhizedek mempunyai pendahulu atau pengganti sebagai imam, demikian pula Kristus, sebagai imam besar, tidak mempunyai pendahulu yang serupa dengan dirinya, dan Alkitab memperlihatkan bahwa tidak seorang pun akan menggantikan dia. Selanjutnya, meskipun Yesus berasal dari suku Yehuda dan lahir dalam garis keturunan raja-raja Daud, keimamannya tidak ditentukan berdasarkan silsilah jasmaninya, dan silsilahnya sebagai manusia juga tidak menjadi faktor penentu bagi jabatan gabungan yang dipangkunya, yaitu sebagai imam dan raja. Jabatan tersebut ia peroleh karena sumpah Yehuwa sendiri kepadanya.
(Ibrani 7:17) Ada kesaksian tentang dia, ”Kamu adalah imam selamanya seperti Melkhizedek.”
Melkhizedek
Gambaran Simbolis Keimaman Kristus. Dalam suatu nubuat yang penting tentang Mesias, Yehuwa bersumpah kepada pribadi yang menjadi ”Tuan” atas Daud, ”Engkau adalah imam sampai waktu yang tidak tertentu seperti Melkhizedek!” (Mz 110:1, 4) Berdasarkan mazmur yang terilham ini, orang Ibrani mempunyai alasan untuk menganggap Mesias yang dijanjikan itu sebagai pemangku jabatan imam dan raja. Dalam surat kepada orang-orang Ibrani, rasul Paulus menyingkirkan keraguan apa pun tentang identitas pribadi yang dinubuatkan itu, dengan berbicara tentang ”Yesus, yang telah menjadi imam besar seperti Melkhizedek untuk selamanya”.—Ibr 6:20; 5:10; lihat PERJANJIAN.
Menggali Permata Rohani
(Ibrani 8:3) Karena setiap imam besar dilantik untuk mempersembahkan pemberian dan korban, dia juga perlu mempersembahkan sesuatu.
Korban-Korban yang Menyenangkan Allah
11 ”Setiap imam besar diangkat untuk mempersembahkan pemberian maupun korban,” kata rasul Paulus. (Ibrani 8:3) Perhatikanlah bahwa Paulus membagi persembahan yang dilakukan imam besar Israel zaman dahulu menjadi dua kategori, yakni ”pemberian” dan ”korban”, atau ”korban karena dosa”. (Ibrani 5:1) Manusia pada umumnya memberikan pemberian sebagai ungkapan kasih dan penghargaan, serta untuk memupuk persahabatan, agar ia diperkenan, atau diterima. (Kejadian 32:20; Amsal 18:16) Demikian pula, banyak persembahan yang ditetapkan oleh Hukum dapat dipandang sebagai ”pemberian” kepada Allah agar dapat diterima dan diperkenan oleh-Nya. Pelanggaran terhadap Hukum membutuhkan semacam ganti rugi, dan untuk itu, ”korban karena dosa” dipersembahkan. Pentateuch, khususnya buku Keluaran, Imamat, dan Bilangan, memuat sederetan panjang barang yang dibutuhkan untuk mempersembahkan berbagai jenis korban dan persembahan. Meskipun mungkin agak sulit bagi kita untuk mencerna dan mengingat semua perinciannya, beberapa pokok kunci sehubungan dengan berbagai jenis korban patut kita perhatikan.
(Ibrani 8:13) Karena Dia mengatakan ”perjanjian baru”, perjanjian sebelumnya menjadi perjanjian yang sudah lama, dan kalau sesuatu sudah lama dan semakin tua, itu akan segera lenyap.
Perjanjian
Bagaimana perjanjian Hukum menjadi ”usang”?
Namun, perjanjian Hukum dapat dikatakan menjadi ”usang” sewaktu Allah memberitahukan melalui nabi Yeremia bahwa akan ada suatu perjanjian baru. (Yer 31:31-34; Ibr 8:13) Pada tahun 33 M, perjanjian Hukum dibatalkan atas dasar kematian Kristus di tiang siksaan (Kol 2:14) dan digantikan oleh perjanjian baru.—Ibr 7:12; 9:15; Kis 2:1-4.
Pembacaan Alkitab
(Ibrani 7:1-17) Melkhizedek raja Salem, imam dari Allah Yang Mahatinggi, bertemu dengan Abraham yang sedang kembali setelah mengalahkan raja-raja, lalu dia memberkati Abraham, 2 dan Abraham memberinya sepersepuluh dari semua jarahan. Pertama, terjemahan namanya adalah ”Raja Kebenaran”, lalu raja Salem, yang artinya ”Raja Damai”. 3 Ayah dan ibunya tidak diketahui, dan tidak ada catatan tentang silsilahnya, kelahirannya, atau kematiannya. Tapi dia dijadikan seperti Putra Allah, sehingga dia terus menjadi imam untuk selamanya. 4 Perhatikan betapa hebatnya orang ini, sampai-sampai Abraham, bapak leluhur kita, memberi dia sepersepuluh dari jarahan yang terbaik. 5 Memang menurut hukum Taurat, keturunan Lewi yang menjadi imam diperintahkan untuk mengumpulkan perpuluhan dari bangsa itu, yaitu dari saudara-saudara mereka, walaupun bangsa itu keturunan Abraham juga. 6 Tapi orang ini, yang bukan keturunan Lewi, menerima perpuluhan dari Abraham, dan dia memberkati Abraham yang mendapat janji-janji Allah. 7 Semua orang pasti setuju bahwa orang yang memberkati lebih tinggi daripada orang yang diberkati. 8 Keturunan Lewi yang menerima perpuluhan adalah manusia yang bisa mati, sedangkan ada kesaksian bahwa orang satunya yang menerima perpuluhan itu tetap hidup. 9 Bisa dikatakan bahwa Lewi sendiri, yang menerima perpuluhan itu, sudah membayar perpuluhan melalui Abraham, 10 karena dia adalah keturunannya, yang belum lahir sewaktu leluhurnya itu bertemu Melkhizedek. 11 Kalau kesempurnaan bisa didapat melalui keimaman Lewi, karena pengaturan ini termasuk dalam hukum Taurat yang diberikan kepada bangsa itu, untuk apa ada imam lain yang dikatakan seperti Melkhizedek dan bukan seperti Harun? 12 Karena pengaturan tentang keimaman diubah, hukum Taurat juga perlu diubah. 13 Orang yang dibicarakan ini berasal dari suku lain, dan tidak seorang pun dari suku itu pernah bertugas di mezbah. 14 Tuan kita jelas-jelas berasal dari suku Yehuda, tapi Musa tidak pernah mengatakan bahwa akan ada imam dari suku itu. 15 Ini menjadi lebih jelas sewaktu ada imam lain yang seperti Melkhizedek, 16 yang menjadi imam, bukan karena berasal dari suku tertentu seperti yang diharuskan oleh hukum, tapi karena memiliki suatu kuasa yang membuat kehidupannya tidak bisa dimusnahkan. 17 Ada kesaksian tentang dia, ”Kamu adalah imam selamanya seperti Melkhizedek.”
9-15 SEPTEMBER
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | IBRANI 9-10
”Bayangan dari Hal-Hal Baik yang Akan Datang”
(Ibrani 9:12-14) Dia masuk ke tempat kudus, bukan dengan darah kambing atau darah sapi jantan muda, tapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya, dan mendapatkan pembebasan yang abadi bagi kita. 13 Kalau darah kambing dan darah sapi jantan, juga abu dari sapi dara yang ditebarkan ke atas orang-orang yang tercemar itu saja bisa menyucikan tubuh, 14 apalagi darah Kristus! Melalui kuasa kudus yang abadi, Kristus mempersembahkan diri kepada Allah sebagai korban yang tanpa cela. Darahnya akan membersihkan hati nurani kita dari perbuatan sia-sia, sehingga kita bisa melakukan pelayanan suci bagi Allah yang hidup.
Ampun, Mengampuni
Menurut hukum Allah yang diberikan kepada bangsa Israel, seseorang baru dapat diampuni dari dosa-dosa yang telah ia lakukan terhadap Allah atau sesamanya, setelah ia pertama-tama meluruskan kesalahan itu seperti yang telah ditetapkan oleh Hukum dan kemudian, dalam kebanyakan kasus, ia harus memberikan persembahan yang mengandung darah kepada Yehuwa. (Im 5:5–6:7) Itulah sebabnya Paulus menyatakan prinsip, ”Ya, menurut Hukum, hampir segala sesuatu ditahirkan dengan darah, dan jika darah tidak dicurahkan tidak akan ada pengampunan.” (Ibr 9:22) Tetapi sebenarnya, darah korban-korban binatang tidak dapat menyingkirkan dosa dan memberikan hati nurani yang sepenuhnya bersih kepada orang itu. (Ibr 10:1-4; 9:9, 13, 14) Sebaliknya, melalui perjanjian baru yang dinubuatkan, pengampunan yang sejati dapat diberikan atas dasar korban tebusan Yesus Kristus. (Yer 31:33, 34; Mat 26:28; 1Kor 11:25; Ef 1:7) Bahkan ketika berada di bumi, Yesus memperlihatkan bahwa ia mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa dengan menyembuhkan seorang pria yang lumpuh.—Mat 9:2-7.
(Ibrani 9:24-26) Kristus tidak masuk ke tempat kudus buatan tangan, yang adalah tiruan dari yang sebenarnya, tapi dia masuk ke surga itu sendiri, sehingga dia sekarang menghadap Allah bagi kita. 25 Tujuannya bukan untuk mempersembahkan dirinya berkali-kali, seperti imam besar yang dari tahun ke tahun masuk ke tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. 26 Kalau seperti itu, dia harus berkali-kali menderita sejak permulaan dunia. Tapi sekarang, pada penutup zaman ini, dia sudah memperlihatkan dirinya, sekali untuk selamanya, demi menghapus dosa dengan mengorbankan dirinya.
”Teruslah Mengikuti Aku”
4 Alkitab memang tidak menceritakan peristiwa tibanya Yesus di surga, penyambutannya, dan reuninya yang membahagiakan bersama Bapaknya. Namun, jauh di muka, Alkitab telah menyingkapkan apa yang akan terjadi di surga tidak lama setelah Yesus kembali ke sana. Selama lebih dari 15 abad, orang Yahudi secara teratur menyaksikan suatu upacara kudus. Satu hari setiap tahun, imam besar masuk ke Ruang Mahakudus di bait untuk memercikkan darah korban Hari Pendamaian di hadapan tabut perjanjian. Pada hari itu, imam besar menggambarkan Mesias. Yesus menggenapi makna nubuat upacara itu sekali untuk selama-lamanya setelah ia kembali ke surga. Ia menghadap ke hadirat Yehuwa yang agung di surga—tempat yang mahakudus di alam semesta—dan mempersembahkan nilai korban tebusannya kepada Bapaknya. (Ibrani 9:11, 12, 24) Apakah Yehuwa menerimanya?
(Ibrani 10:1-4) Hukum Taurat hanyalah bayangan hal-hal baik yang akan datang, bukan hal-hal baik itu sendiri. Maka, melalui korban-korban yang dipersembahkan dari tahun ke tahun, hukum itu tidak akan bisa menyempurnakan orang yang mendekati Allah. 2 Seandainya bisa, bukankah korban-korban tidak akan dipersembahkan lagi, karena orang-orang yang melakukan pelayanan suci sudah disucikan sehingga tidak merasa berdosa lagi? 3 Sebaliknya, korban-korban ini menjadi pengingat dari tahun ke tahun bahwa mereka berdosa, 4 karena darah sapi jantan dan darah kambing tidak mungkin bisa menghapus dosa.
Sempurna, Kesempurnaan
Kesempurnaan Hukum Musa. Di bawah Hukum yang diberikan kepada Israel melalui Musa antara lain terdapat penyelenggaraan keimaman dan persembahan berbagai korban binatang. Meskipun berasal dari Allah, dan karena itu sempurna, baik Hukum, keimaman, maupun korban-korban tidak mendatangkan kesempurnaan bagi mereka yang berada di bawah Hukum, sebagaimana diperlihatkan oleh sang rasul yang terilham. (Ibr 7:11, 19; 10:1) Hukum tidak menghasilkan kebebasan dari dosa dan kematian, tetapi justru membuat dosa menjadi lebih nyata. (Rm 3:20; 7:7-13) Meskipun begitu, semua persediaan ilahi ini memenuhi tujuan yang ditetapkan Allah; Hukum berperan sebagai ”pembimbing” yang menuntun orang-orang kepada Kristus dan menjadi ”bayangan” yang sempurna ”dari perkara-perkara baik yang akan datang”. (Gal 3:19-25; Ibr 10:1) Karena itu, sewaktu Paulus berbicara tentang apa yang ”tidak mampu dilakukan oleh Hukum, berhubung Hukum itu lemah karena daging” (Rm 8:3), tampaknya ia memaksudkan ketidakmampuan imam besar Yahudi jasmani (yang dilantik oleh Hukum untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan korban dan yang memasuki Ruang Mahakudus pada Hari Pendamaian dengan membawa darah korban) untuk ”sepenuhnya menyelamatkan” orang-orang yang ia layani, sebagaimana dijelaskan di Ibrani 7:11, 18-28. Meskipun persembahan korban melalui keimaman Harun memungkinkan bangsa itu memelihara kedudukan yang benar di hadapan Allah, hal itu tidak sepenuhnya atau secara sempurna membebaskan mereka dari kesadaran akan dosa. Sang rasul menyinggung hal itu ketika ia mengatakan bahwa korban pendamaian tidak dapat ”menyempurnakan orang-orang yang datang mendekat”, yaitu sehubungan dengan hati nurani mereka. (Ibr 10:1-4; bdk. Ibr 9:9.) Imam besar tidak mampu menyediakan harga yang dibutuhkan untuk penebusan yang sesungguhnya dari dosa. Hanya dinas keimaman Kristus yang tetap bertahan dan korbannya yang efektif yang dapat melaksanakan hal tersebut.—Ibr 9:14; 10:12-22.
Menggali Permata Rohani
(Ibrani 9:16, 17) Kalau ada perjanjian, manusia pembuat perjanjian itu perlu mati, 17 karena suatu perjanjian menjadi sah dengan adanya kematian. Itu tidak akan berlaku kalau manusia pembuat perjanjian itu masih hidup.
Pertanyaan Pembaca
Paulus menyebut bahwa suatu kematian diperlukan untuk mengesahkan perjanjian-perjanjian antara Allah dan manusia. Perjanjian Taurat adalah contohnya. Musa adalah perantaranya, orang yang mengadakan perjanjian ini antara Allah dan Israel jasmani. Maka Musa memainkan peran yang sangat penting dan dialah manusia yang berurusan dengan bangsa Israel sewaktu mereka masuk ke dalam perjanjian tersebut. Oleh sebab itu Musa dapat dipandang sebagai manusia pembuat perjanjian dari perjanjian Taurat yang diprakarsai Yehuwa. Tetapi apakah Musa harus mencurahkan darah kehidupannya agar perjanjian Taurat ini mulai berlaku? Tidak. Melainkan binatang-binatang yang dipersembahkan, darah mereka menggantikan darah Musa.—Ibrani 9:18-22.
Bagaimana dengan perjanjian baru antara Yehuwa dan bangsa Israel rohani? Kristus Yesus mempunyai peran yang mulia sebagai perantara, sang Perantara antara Yehuwa dan Israel rohani. Walaupun Yehuwa memprakarsai perjanjian ini, perjanjian tersebut dipusatkan pada Kristus Yesus. Selain menjadi Perantaranya, Yesus berurusan langsung dalam keadaan manusia dengan orang-orang yang pertama-tama akan dimasukkan ke dalam perjanjian ini. (Lukas 22:20, 28, 29) Lagi pula, ia memenuhi syarat untuk menyediakan korban yang diperlukan untuk mengesahkan perjanjian tersebut. Korban ini bukanlah korban dari binatang semata-mata tetapi suatu korban dari kehidupan manusia sempurna. Jadi Paulus dapat menyebut Kristus sebagai manusia pembuat perjanjian dari perjanjian baru. Setelah ”Kristus masuk . . . ke dalam sorga sendiri untuk menghadap ke hadirat Allah guna kepentingan kita”, perjanjian baru ini menjadi sah.—Ibrani 9:12-14, 24.
Ketika berbicara tentang Musa dan Yesus sebagai manusia pembuat perjanjian, Paulus tidak menyatakan gagasan bahwa mereka berdua telah memprakarsai perjanjian masing-masing, yang sesungguhnya dibuat oleh Allah. Sebaliknya, kedua manusia tersebut terlibat sangat dekat sebagai perantara dalam menghasilkan perjanjian tersebut. Dan dalam setiap kasus, suatu kematian diperlukan—binatang-binatang menggantikan Musa, dan Yesus mempersembahkan darah kehidupannya sendiri bagi mereka yang berada di dalam perjanjian baru.
(Ibrani 10:5-7) Maka sewaktu datang ke dunia, dia mengatakan, ”’Korban dan persembahan tidak Kauinginkan, tapi Engkau menyiapkan sebuah tubuh untukku. 6 Engkau tidak senang dengan persembahan bakaran dan persembahan dosa.’ 7 Lalu aku berkata, ’Oh Allah, aku sudah datang untuk melakukan kehendak-Mu. Dalam gulungan tertulis tentang aku.’”
Baptis, Pembaptisan
Lukas menyatakan bahwa Yesus berdoa pada waktu dibaptis. (Luk 3:21) Lebih lanjut, dalam surat kepada orang Ibrani, sang penulis mengatakan bahwa ketika Yesus Kristus datang ”ke dunia” (bukan pada waktu ia lahir dan belum bisa membaca serta menyampaikan kata-kata ini, melainkan pada waktu ia mempersembahkan dirinya untuk dibaptis dan memulai pelayanannya) ia berkata, sesuai dengan Mazmur 40:6-8 (LXX), ”Korban dan persembahan tidak kauinginkan, tetapi engkau menyiapkan suatu tubuh untukku. . . . Lihat! Aku datang (dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku) untuk melakukan kehendakmu, oh, Allah.” (Ibr 10:5-9) Yesus dilahirkan sebagai anggota bangsa Yahudi, yang secara nasional terikat dalam perjanjian dengan Allah, yaitu perjanjian Hukum. (Kel 19:5-8; Gal 4:4) Oleh karena fakta itu, Yesus sudah berada dalam hubungan perjanjian dengan Allah Yehuwa sewaktu ia mempersembahkan dirinya kepada Yohanes untuk dibaptis. Pada kesempatan itu, Yesus melakukan lebih daripada yang dituntut Hukum. Ia mempersembahkan dirinya kepada Bapaknya, Yehuwa, guna melakukan ’kehendak’ Bapaknya untuk mempersembahkan tubuhnya yang telah ’disiapkan’ dan untuk menyingkirkan korban-korban binatang yang dipersembahkan menurut Hukum. Rasul Paulus berkomentar, ”Dengan ’kehendak’ tersebut kita telah disucikan melalui persembahan tubuh Yesus Kristus, sekali untuk selamanya.” (Ibr 10:10) Kehendak sang Bapak bagi Yesus juga menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan Kerajaan, dan untuk pelayanan ini juga Yesus mempersembahkan dirinya. (Luk 4:43; 17:20, 21) Yehuwa menerima dan mengakui persembahan Putra-Nya itu, dengan mengurapi dia dengan roh kudus serta berfirman, ”Engkaulah Putraku, yang kukasihi; aku berkenan kepadamu.”—Mrk 1:9-11; Luk 3:21-23; Mat 3:13-17.
Pembacaan Alkitab
(Ibrani 9:1-14) Perjanjian sebelumnya memiliki hukum-hukum untuk pelayanan suci dan tempat kudus di bumi. 2 Ada ruang pertama yang didirikan di kemah itu, dan di dalamnya ada tempat lampu, meja, dan roti persembahan. Ruang itu disebut ”Tempat Kudus”. 3 Tapi di belakang tirai kedua dalam kemah itu, ada ruang lain yang disebut ”Ruang Mahakudus”. 4 Di sana, ada wadah dupa yang terbuat dari emas dan tabut perjanjian yang seluruhnya dilapisi emas. Dalam tabut itu, ada wadah emas yang berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas, dan lempengan-lempengan perjanjian. 5 Di atasnya, ada kerub-kerub mulia yang menaungi tutup pendamaian. Tapi, sekarang bukan waktunya untuk membahas ini dengan terperinci. 6 Setelah semuanya dibuat seperti itu, para imam masuk ke ruang pertama kemah itu secara rutin untuk melakukan pelayanan suci, 7 tapi hanya imam besar yang masuk ke ruang kedua itu sekali setahun, dan dia harus membawa darah, yang dia persembahkan untuk dirinya sendiri dan untuk dosa bangsa itu, yang mereka lakukan tanpa sengaja. 8 Jadi, kuasa kudus menunjukkan dengan jelas bahwa selama kemah yang pertama itu masih berdiri, jalan menuju tempat kudus belum terbuka. 9 Kemah itu adalah gambaran untuk zaman sekarang, dan menurut pengaturan ini, ada pemberian dan korban yang dipersembahkan. Tapi, hal-hal itu tidak bisa menyempurnakan hati nurani orang yang melakukan pelayanan suci. 10 Hal-hal itu hanya berkaitan dengan makanan, minuman, dan berbagai upacara membersihkan diri. Itu adalah hukum untuk tubuh dan berlaku sampai waktu yang ditetapkan untuk meluruskan segala sesuatu. 11 Tapi, ketika Kristus datang sebagai imam besar untuk membawa hal-hal baik yang sekarang kita nikmati, dia melewati kemah yang lebih penting dan lebih sempurna, yang bukan buatan tangan atau diciptakan di bumi. 12 Dia masuk ke tempat kudus, bukan dengan darah kambing atau darah sapi jantan muda, tapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya, dan mendapatkan pembebasan yang abadi bagi kita. 13 Kalau darah kambing dan darah sapi jantan, juga abu dari sapi dara yang ditebarkan ke atas orang-orang yang tercemar itu saja bisa menyucikan tubuh, 14 apalagi darah Kristus! Melalui kuasa kudus yang abadi, Kristus mempersembahkan diri kepada Allah sebagai korban yang tanpa cela. Darahnya akan membersihkan hati nurani kita dari perbuatan sia-sia, sehingga kita bisa melakukan pelayanan suci bagi Allah yang hidup.
16-22 SEPTEMBER
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | IBRANI 11
”Iman Itu Sangat Penting”
(Ibrani 11:1) Iman adalah keyakinan yang kuat bahwa apa yang diharapkan pasti terjadi, bukti yang jelas bahwa apa yang tidak terlihat sebenarnya ada.
Perlihatkan Iman Akan Janji Yehuwa
6 Alkitab menjelaskan arti iman di Ibrani 11:1. (Baca.) (1) Iman adalah ”penantian yang pasti akan perkara-perkara yang diharapkan”. Apa yang kita harapkan mencakup janji Allah tentang masa depan. Misalnya, kita yakin bahwa kejahatan tidak akan ada lagi dan bahwa akan ada dunia baru. (2) Iman adalah ”bukti yang jelas dari kenyataan-kenyataan walaupun tidak kelihatan”. Contohnya, kita tahu bahwa Allah Yehuwa, Yesus Kristus, para malaikat, dan Kerajaan di surga memang ada, meski kita tidak bisa melihatnya. (Ibr. 11:3) Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita memang beriman akan janji Allah dan hal-hal yang tidak bisa kita lihat? Kita menunjukkannya melalui cara hidup, perkataan, dan perbuatan kita.
(Ibrani 11:6) Tanpa iman, orang tidak mungkin menyenangkan Allah, karena orang yang datang kepada Allah harus percaya bahwa Dia ada, dan bahwa Dia mengupahi orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
’Dia Memberikan Upah kepada yang Sungguh-Sungguh Mencari-Nya’
Apa yang harus kita miliki agar bisa menyenangkan Yehuwa? ”Tanpa iman, orang mustahil menyenangkan dia,” kata Paulus. Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa kita sulit menyenangkan Allah tanpa iman. Namun, ia mengatakan bahwa kita mustahil melakukannya. Jadi, memiliki iman adalah syarat mutlak untuk dapat menyenangkan Allah..
Iman seperti apa yang menyenangkan Yehuwa? Iman kita kepada Allah harus mencakup dua hal. Pertama, kita ”harus percaya bahwa dia ada”. Terjemahan lain mengatakan kita harus ”percaya bahwa Allah itu nyata”. Kita tidak mungkin bisa menyenangkan Allah jika kita tidak yakin akan keberadaan-Nya. Namun, iman yang sejati bukan sekadar percaya, karena hantu-hantu pun percaya bahwa Yehuwa ada. (Yakobus 2:19) Iman yang sejati perlu dibuktikan dengan tindakan, yaitu berupaya menyenangkan Allah dalam kehidupan.—Yakobus 2:20, 26.
Kedua, kita ”harus percaya bahwa” Allah akan ”memberikan upah”. Seseorang yang punya iman sejati benar-benar yakin bahwa upayanya untuk menyenangkan Allah tidak akan sia-sia. (1 Korintus 15:58) Kita tidak bisa menyenangkan Yehuwa jika kita meragukan kemampuan dan keinginan-Nya untuk mengupahi kita. (Yakobus 1:17; 1 Petrus 5:7) Kalau seseorang menganggap Allah tidak peduli, tidak murah hati, dan tidak menghargai upayanya, ia tidak mengenal Allah yang benar.
Siapa saja yang mendapat upah dari Yehuwa? ”Orang yang dengan sungguh-sungguh mencari dia,” kata Paulus. Menurut sebuah buku referensi untuk penerjemahan Alkitab, kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”sungguh-sungguh mencari” bukan sekadar berarti ”berusaha menemukan” Allah, tetapi mengandung arti beribadat kepada Allah. Karya referensi lain menjelaskan bahwa bentuk yang digunakan untuk kata kerja Yunani itu menyiratkan kegigihan dan upaya maksimal. Ya, Yehuwa mengupahi mereka yang, karena beriman, menyembah Dia dengan kasih dan semangat yang sepenuh hati.—Matius 22:37.
(Ibrani 11:33-38) Karena beriman, mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan, menjalankan apa yang benar, mendapatkan janji-janji, menutup mulut singa, 34 memadamkan kekuatan api, lolos dari pedang, menjadi kuat meskipun tadinya lemah, menjadi perkasa dalam perang, dan mengusir pasukan yang datang menyerang. 35 Para wanita menerima keluarga mereka yang dibangkitkan dari kematian, tapi orang-orang lain disiksa karena tidak mau menerima pembebasan melalui suatu tebusan, supaya mereka bisa mendapatkan kebangkitan yang lebih baik. 36 Yang lain lagi dicobai dengan diejek dan dicambuk, bahkan sampai dirantai dan dipenjarakan. 37 Mereka dilempari batu sampai mati, dicobai, dipotong dengan gergaji, dibantai dengan pedang, hanya berpakaian kulit domba dan kulit kambing, berkekurangan, sengsara, dan diperlakukan dengan buruk. 38 Dunia ini tidak pantas memiliki mereka. Mereka hidup di gurun, di gunung, di gua, dan di lubang bawah tanah.
Perkuat Iman Akan Apa yang Saudara Harapkan
10 Di Ibrani pasal 11, Paulus berkata, ”Wanita-wanita telah menerima kembali orang-orang mereka yang telah mati, melalui kebangkitan; tetapi orang-orang lain disiksa karena mereka tidak mau menerima pembebasan melalui suatu tebusan, supaya mereka dapat mencapai kebangkitan yang lebih baik.” (Ibr. 11:35) Banyak yang menghadapi cobaan dan tetap setia kepada Allah karena mereka sangat beriman akan kebangkitan yang Allah janjikan. Mereka tahu bahwa di masa depan, Yehuwa akan menghidupkan mereka kembali untuk hidup selamanya di bumi. Perhatikan Nabot dan Zakharia. Mereka dilempari batu sampai mati karena menaati Allah. (1 Raj. 21:3, 15; 2 Taw. 24:20, 21) Daniel dijebloskan ke gua yang berisi singa-singa lapar. Teman-temannya dilemparkan ke dalam api yang berkobar. Mereka rela mati daripada tidak setia kepada Yehuwa. Mereka sangat beriman bahwa Yehuwa akan memberi mereka roh kudus dan membantu mereka bertahan menghadapi penderitaan.—Dan. 3:16-18, 20, 28; 6:13, 16, 21-23; Ibr. 11:33, 34.
11 Banyak nabi, seperti Mikaya dan Yeremia, diejek dan dipenjarakan. Yang lainnya, seperti Elia, ”mengembara di gurun, di gunung, di gua-gua dan liang-liang di bumi”. Mereka semua bertekun dan tetap setia kepada Allah karena mereka mempunyai ”penantian yang pasti akan perkara-perkara yang diharapkan”.—Ibr. 11:1, 36-38; 1 Raj. 18:13; 22:24-27; Yer. 20:1, 2; 28:10, 11; 32:2.
Menggali Permata Rohani
(Ibrani 11:4) Karena beriman, Habel mempersembahkan kepada Allah suatu korban yang lebih bernilai daripada korban Kain. Melalui imannya itu, dia mendapat kesaksian bahwa dia dinyatakan benar, karena Allah menerima pemberiannya. Meskipun sudah mati, dia masih berbicara melalui imannya.
Iman
Teladan Iman Zaman Dahulu. Setiap orang yang termasuk dalam ”begitu banyak saksi bagaikan awan” yang disebutkan Paulus (Ibr 12:1), memiliki dasar yang sah untuk beriman. Misalnya, Habel pasti tahu tentang janji Allah sehubungan dengan ’benih’ yang akan meremukkan kepala ”ular”. Dan ia melihat bukti-bukti nyata bahwa hukuman yang Yehuwa ucapkan atas orang tuanya di Eden memang terwujud. Di luar Eden, Adam dan keluarganya makan roti dengan keringat di muka mereka karena tanah sudah terkutuk dan, karena itu, menghasilkan tanaman berduri serta rumput duri. Habel mungkin melihat bahwa Hawa memiliki keinginan yang kuat terhadap suaminya dan bahwa Adam menguasai istrinya. Ibunya pasti menceritakan tentang kesakitan pada kehamilannya. Selain itu, jalan masuk ke taman Eden dijaga oleh kerub-kerub dan mata pedang yang bernyala-nyala. (Kej 3:14-19, 24) Semuanya itu menjadi ”bukti yang jelas”, yang memberi Habel jaminan bahwa kelepasan akan datang melalui ’benih perjanjian’. Oleh karena itu, didorong oleh iman, ia ”mempersembahkan kepada Allah korban”, korban yang ternyata lebih besar nilainya daripada korban Kain.—Ibr 11:1, 4.
(Ibrani 11:5) Karena beriman, Henokh dipindahkan sehingga tidak melihat kematian, dan dia tidak ditemukan di mana pun karena sudah dipindahkan Allah. Sebelum dipindahkan, dia mendapat kesaksian bahwa dia sudah menyenangkan Allah.
”Ia Telah Menyenangkan Allah”
Lalu, apa artinya Henokh ”dipindahkan” agar dia tidak ”melihat kematian”? Tanpa Henokh sadari, Yehuwa mungkin memindahkannya dari keadaan hidup menjadi mati, agar dia tidak merasakan sengatan kematian. Tapi pertama-tama, Henokh diyakinkan bahwa ”ia telah menyenangkan Allah”. Caranya? Tepat sebelum mati, Henokh mungkin menerima penglihatan, barangkali tentang firdaus di bumi. Dengan penglihatan yang menunjukkan perkenan Allah itu, Henokh tidur dalam kematian. Sewaktu menulis tentang Henokh dan pria serta wanita setia lainnya, Paulus berkata, ”Dalam iman, mereka semua mati.” (Ibrani 11:13) Musuhnya bisa jadi mencari jasadnya, tapi ”tidak ditemukan di mana pun”, mungkin Yehuwa melenyapkannya, supaya tidak disalahgunakan atau untuk mendukung ibadah palsu.
Pembacaan Alkitab
(Ibrani 11:1-16) Iman adalah keyakinan yang kuat bahwa apa yang diharapkan pasti terjadi, bukti yang jelas bahwa apa yang tidak terlihat sebenarnya ada. 2 Karena beriman, orang-orang di zaman dulu mendapat kesaksian tentang diri mereka. 3 Karena beriman, kita paham bahwa alam semesta diciptakan melalui firman Allah, sehingga apa yang kelihatan itu menjadi ada dari hal-hal yang tidak kelihatan. 4 Karena beriman, Habel mempersembahkan kepada Allah suatu korban yang lebih bernilai daripada korban Kain. Melalui imannya itu, dia mendapat kesaksian bahwa dia dinyatakan benar, karena Allah menerima pemberiannya. Meskipun sudah mati, dia masih berbicara melalui imannya. 5 Karena beriman, Henokh dipindahkan sehingga tidak melihat kematian, dan dia tidak ditemukan di mana pun karena sudah dipindahkan Allah. Sebelum dipindahkan, dia mendapat kesaksian bahwa dia sudah menyenangkan Allah. 6 Tanpa iman, orang tidak mungkin menyenangkan Allah, karena orang yang datang kepada Allah harus percaya bahwa Dia ada, dan bahwa Dia mengupahi orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. 7 Karena beriman, Nuh, setelah diberi tahu oleh Allah tentang hal-hal yang belum kelihatan, menaati Allah dan membangun bahtera untuk menyelamatkan keluarganya. Melalui imannya itu dia menunjukkan bahwa dunia pantas dihukum, dan karena imannya itu dia dinyatakan benar. 8 Karena beriman, Abraham taat sewaktu dipanggil, dan berangkat ke tempat yang akan dia terima sebagai warisan. Dia berangkat, walaupun dia tidak tahu akan pergi ke mana. 9 Karena beriman, dia tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan itu, tinggal di kemah-kemah bersama Ishak dan Yakub, yang juga menjadi ahli waris janji yang sama dengannya. 10 Itu karena dia menantikan kota dengan fondasi yang tetap, yang dirancang dan dibangun oleh Allah. 11 Karena beriman, Sara hamil walaupun sudah tua, karena dia yakin bahwa Allah yang memberikan janji itu setia. 12 Maka, dari satu pria yang sudah sangat tua, banyak anak dilahirkan, yang jumlahnya seperti bintang di langit dan seperti pasir di pantai yang tak terhitung banyaknya. 13 Mereka semua tetap beriman sampai mati, walaupun belum menerima apa yang dijanjikan. Tapi, mereka seolah-olah sudah melihatnya dari jauh, menyambutnya, dan memberi tahu orang-orang bahwa mereka adalah orang asing dan penduduk sementara di negeri itu. 14 Orang-orang yang berkata seperti itu menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh mencari tempat tinggal bagi mereka sendiri. 15 Seandainya mereka terus mengingat-ingat tempat yang sudah mereka tinggalkan, mereka bisa saja pulang. 16 Tapi, mereka berusaha mendapatkan tempat yang lebih baik, yaitu yang berkaitan dengan surga. Maka Allah tidak malu disebut Allah mereka, bahkan menyiapkan sebuah kota untuk mereka.
23-29 SEPTEMBER
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | IBRANI 12-13
”Disiplin—Bukti Kasih Yehuwa”
(Ibrani 12:5) Kalian sudah benar-benar lupa dengan nasihat yang Allah berikan kepada kalian anak-anak-Nya, yaitu, ”Anak-Ku, jangan remehkan disiplin dari Yehuwa, ataupun putus asa saat dikoreksi oleh-Nya,
Jangan ’Melihat ke Belakang’
18 Nasihat yang keras. Bagaimana jika kita mengingat-ingat dengan perasaan kesal nasihat yang pernah kita terima? Hal itu bisa membuat kita sedih atau marah, dan akhirnya menyerah, atau ”gugur”. (Ibr. 12:5) Entah kita menolak nasihat itu atau kita menerimanya tetapi kemudian tidak menjalankannya, hasilnya sama—kita tidak membiarkan nasihat itu memperbaiki dan memurnikan kita. Jauh lebih baik jika kita mengindahkan kata-kata Salomo, ”Berpeganglah pada disiplin; jangan lepaskan. Lindungilah dia, karena dialah kehidupanmu.” (Ams. 4:13) Seperti pengemudi yang menaati rambu lalu lintas, terimalah nasihat itu, laksanakan itu, dan teruslah maju.—Ams. 4:26, 27; baca Ibrani 12:12, 13.
(Ibrani 12:6, 7) karena Yehuwa mendisiplin semua yang Dia sayangi, bahkan mencambuk setiap orang yang Dia anggap sebagai anak.” 7 Kalian harus bertekun sebagai bagian dari disiplin kalian. Allah memperlakukan kalian sebagai anak-Nya. Anak mana yang tidak didisiplin bapaknya?
”Apabila Kamu Berdoa, Katakanlah, ’Bapak’”
Ayah yang pengasih mendisiplin anak-anaknya karena ingin agar mereka menjadi orang yang baik. (Efesus 6:4) Ayah seperti itu mungkin tegas, tetapi tidak pernah kasar dalam mengoreksi anak-anaknya. Sama halnya, Bapak surgawi kita kadang-kadang mungkin merasa perlu mendisiplin kita. Namun, Allah selalu mendisiplin dengan kasih dan tidak pernah sewenang-wenang. Seperti Bapaknya, Yesus tidak pernah kasar, bahkan sewaktu murid-muridnya tidak segera menanggapi koreksi.—Matius 20:20-28; Lukas 22:24-30.
(Ibrani 12:11) Memang, tidak ada disiplin yang menyenangkan saat diberikan. Sebaliknya, itu menyakitkan. Tapi setelahnya, itu akan menghasilkan kedamaian dan jalan yang benar bagi orang yang sudah dilatih oleh disiplin itu.
Terimalah Disiplin agar Menjadi Berhikmat
18 Disiplin memang bisa menyakitkan, tapi menolak disiplin Allah bisa menimbulkan akibat yang lebih menyakitkan. (Ibr. 12:11) Kita bisa belajar dari contoh buruk Kain dan Raja Zedekia. Saat Allah melihat bahwa Kain membenci dan ingin membunuh adiknya, Allah menasihati Kain, ”Kenapa kamu sangat marah dan kecewa? Kalau kamu berubah dan berbuat baik, Aku akan menerimamu lagi. Tapi kalau tidak, dosa sudah mengintai di dekatmu dan ingin sekali menguasaimu. Kamu harus mengalahkannya.” (Kej. 4:6, 7) Kain menolak disiplin Yehuwa dan membunuh adiknya, sehingga dia harus menanggung akibatnya seumur hidup. (Kej. 4:11, 12) Seandainya Kain mau mendengarkan Allah, dia tidak akan menderita.
Menggali Permata Rohani
(Ibrani 12:1) Jadi, karena kita memiliki begitu banyak saksi yang bagaikan awan di sekeliling kita, mari kita buang semua beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita, dan mari kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita,
Berlarilah dengan Tekun dalam Perlombaan
11 ”Banyak saksi bagaikan awan” ini tidak sekadar menonton atau menyaksikan atlet favorit mereka menang. Sebaliknya, mereka ikut berlari. Dan, mereka berhasil mencapai garis finis. Meski telah meninggal, mereka dapat dianggap sebagai pelari yang sudah teruji yang dapat menyemangati para pelari baru. Bayangkan bagaimana perasaan seorang peserta jika ia tahu bahwa di sekelilingnya terdapat para pelari terbaik yang sedang menonton. Tidakkah ia akan tergerak untuk berlari dengan sekuat tenaga? Para saksi dari zaman dahulu itu dapat meneguhkan bahwa ”perlombaan” itu, tidak soal betapa sulitnya, bisa dimenangkan. Jadi, dengan terus merenungkan teladan dari ’awan saksi’ ini, orang-orang Kristen Ibrani abad pertama dapat dikuatkan dan ”berlari dengan tekun dalam perlombaan”—begitu pula kita dewasa ini.
(Ibrani 13:9) Jangan disesatkan oleh berbagai ajaran asing, karena lebih baik kalau hati kalian dikuatkan oleh kebaikan hati Allah yang luar biasa, bukan oleh makanan, yang tidak bermanfaat bagi orang-orang yang sibuk memikirkannya.
Persembahkan Korban yang Menyenangkan Yehuwa
10 Karena itu orang-orang Ibrani perlu menjaga diri agar tidak ”disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing” dari para pengikut Yudaisme. (Galatia 5:1-6) Bukan melalui ajaran demikian melainkan ’dengan kasih karunia Allah hati dapat diperkuat’ untuk tetap teguh dalam kebenaran. Rupanya ada orang-orang yang mempersoalkan makanan dan korban-korban, karena Paulus berkata bahwa hati tidak akan diperkuat ”dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu”. Manfaat rohani dapat diperoleh melalui pengabdian ilahi dan penghargaan terhadap tebusan, tidak dengan terlalu mempersoalkan makanan tertentu dan perayaan hari-hari khusus. (Roma 14:5-9) Selain itu, korban Kristus membuat korban imam-imam Lewi tidak berlaku lagi.—Ibrani 9:9-14; 10:5-10.
Pembacaan Alkitab
(Ibrani 12:1-17) Jadi, karena kita memiliki begitu banyak saksi yang bagaikan awan di sekeliling kita, mari kita buang semua beban dan dosa yang dengan mudah menjerat kita, dan mari kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita, 2 dengan mata yang tertuju kepada Wakil Utama dan Penyempurna iman kita, Yesus. Demi sukacita yang ditaruh di hadapannya, dia bertekun di tiang siksaan tanpa merasa dipermalukan, dan sekarang dia duduk di sebelah kanan takhta Allah. 3 Agar kalian tidak kelelahan dan menyerah, pikirkan baik-baik tentang dia. Dia bertekun menghadapi orang-orang berdosa yang menentang dia dengan kata-kata, yang sebenarnya merugikan diri mereka sendiri. 4 Dalam berjuang melawan dosa itu, kalian belum pernah berjuang sampai mencucurkan darah. 5 Kalian sudah benar-benar lupa dengan nasihat yang Allah berikan kepada kalian anak-anak-Nya, yaitu, ”Anak-Ku, jangan remehkan disiplin dari Yehuwa, ataupun putus asa saat dikoreksi oleh-Nya, 6 karena Yehuwa mendisiplin semua yang Dia sayangi, bahkan mencambuk setiap orang yang Dia anggap sebagai anak.” 7 Kalian harus bertekun sebagai bagian dari disiplin kalian. Allah memperlakukan kalian sebagai anak-Nya. Anak mana yang tidak didisiplin bapaknya? 8 Kalau kalian semua tidak ikut mendapat disiplin ini, berarti kalian anak haram, bukan anak-Nya. 9 Lagi pula, bapak jasmani kita juga mendisiplin kita, dan kita menghormati dia. Maka, bukankah kita harus lebih tunduk kepada Bapak kehidupan rohani kita dan tetap hidup? 10 Bapak jasmani hanya mendisiplin kita sebentar, sesuai dengan apa yang benar menurut dia, sedangkan Allah mendisiplin kita demi kebaikan kita, supaya kita bisa suci seperti Dia. 11 Memang, tidak ada disiplin yang menyenangkan saat diberikan. Sebaliknya, itu menyakitkan. Tapi setelahnya, itu akan menghasilkan kedamaian dan jalan yang benar bagi orang yang sudah dilatih oleh disiplin itu. 12 Karena itu, kuatkan tangan kalian yang terkulai lemah dan lutut yang lemas, 13 dan teruslah berjalan lurus dengan kaki kalian, supaya bagian yang lemah tidak menjadi semakin parah, tapi sebaliknya, disembuhkan. 14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang, dan kejarlah kesucian, yang tanpanya tidak seorang pun akan melihat Tuan. 15 Hati-hatilah agar tidak seorang pun gagal menerima kebaikan hati Allah yang luar biasa, supaya akar beracun tidak tumbuh, lalu membuat masalah dan mencemari banyak orang. 16 Jangan sampai di antara kalian ada yang berbuat cabul atau yang tidak menghargai hal-hal suci seperti Esau, yang melepaskan hak-haknya sebagai anak sulung demi satu porsi makanan. 17 Kalian tahu bahwa belakangan, ketika dia ingin mewarisi berkat, dia ditolak. Meskipun dia menangis dan sungguh-sungguh berusaha agar ayahnya berubah pikiran, tapi itu sia-sia.
30 SEPTEMBER–6 OKTOBER
HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | YAKOBUS 1-2
”Keinginan yang Berujung pada Dosa dan Kematian”
(Yakobus 1:14) Sebaliknya, setiap orang dicobai ketika ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri.
Godaan
Kalau Anda tertarik kepada sesuatu, khususnya yang salah, itu berarti Anda sedang tergoda. Misalnya, Anda melihat barang yang bagus sewaktu berbelanja. Lalu, Anda berpikir bahwa Anda bisa saja mencuri barang itu tanpa ketahuan. Tapi, hati nurani Anda berkata jangan! Jadi, Anda membuang pikiran itu dan pergi dari situ. Itu berarti Anda menang melawan godaan itu.
KATA ALKITAB
Kalau Anda tergoda, itu tidak berarti Anda jahat. Alkitab berkata bahwa kita semua pernah tergoda. (1 Korintus 10:13) Yang paling penting adalah apa yang kita lakukan pada saat itu. Ada yang terus memikirkan keinginan yang salah dan akhirnya mengikutinya. Yang lain langsung membuang pikiran itu karena tahu itu salah.
”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri.”—Yakobus 1:14.
(Yakobus 1:15) Lalu ketika keinginannya menjadi kuat, dia akan berbuat dosa, dan kalau dosa sudah dilakukan, akibatnya adalah kematian.
Godaan
Alkitab menjelaskan apa yang menyebabkan seseorang berbuat salah. Yakobus 1:15 berkata, ”Apabila keinginan [yang salah] itu telah menjadi subur [atau ”dibuahi”, Terjemahan Baru], ia akan melahirkan dosa.” Singkatnya, kalau kita terus memikirkan keinginan yang salah, kita pasti akan berbuat salah, sama seperti wanita hamil yang pasti akan melahirkan. Tapi, kita bisa mengendalikan keinginan yang salah itu dan tidak menjadi budaknya.
Menggali Permata Rohani
(Yakobus 1:17) Setiap pemberian yang baik dan hadiah yang sempurna berasal dari atas, turun dari Sumber terang, yang tidak berubah-ubah seperti bayangan yang terus bergeser.
Cahaya; Terang
Yehuwa adalah ”Bapak terang surgawi”. (Yak 1:17) Ia bukan saja ”Pemberi matahari untuk penerangan pada siang hari, ketetapan bagi bulan dan bintang-bintang untuk penerangan pada malam hari” (Yer 31:35), melainkan juga Sumber segala penerangan rohani. (2Kor 4:6) Hukum, keputusan hukum, dan firman-Nya adalah terang bagi orang-orang yang membiarkan diri dibimbing oleh semuanya itu. (Mz 43:3; 119:105; Ams 6:23; Yes 51:4) Sang pemazmur berseru, ”Dengan terang darimu kami dapat melihat terang.” (Mz 36:9; bdk. Mz 27:1; 43:3.) Sama seperti cahaya matahari terus bertambah terang dari fajar hingga ”rembang tengah hari”, demikian pula jalan orang-orang adil-benar, yang diterangi hikmat ilahi, menjadi semakin terang. (Ams 4:18) Mengikuti jalan yang ditetapkan Yehuwa berarti berjalan dalam terang-Nya. (Yes 2:3-5) Sebaliknya, jika seseorang memandang segala sesuatu dengan cara yang tidak murni atau dengan rencana jahat, ia berada dalam keadaan yang sangat gelap secara rohani. Seperti yang Yesus katakan, ”Jika matamu fasik, seluruh tubuhmu akan gelap. Jika dalam kenyataannya terang yang ada padamu adalah kegelapan, betapa hebat kegelapan itu!”—Mat 6:23; bdk. Ul 15:9; 28:54-57; Ams 28:22; 2Ptr 2:14.
(Yakobus 2:8) Kalau kalian menjalankan hukum raja sesuai dengan ayat, ”Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri,” itu bagus.
Hukum
”Hukum Raja.” Dengan tepat, ”hukum raja” adalah hukum yang paling utama dan penting di antara hukum-hukum lain yang mengatur hubungan antarmanusia, seperti posisi seorang raja di tengah rakyatnya. (Yak 2:8) Inti perjanjian Hukum adalah kasih; dan, ”engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri” (hukum raja) adalah perintah kedua yang padanya segenap Hukum dan Kitab Para Nabi tergantung. (Mat 22:37-40) Walaupun tidak berada di bawah perjanjian Hukum, orang Kristen tunduk kepada hukum sang Raja Yehuwa dan Putra-Nya, Raja Yesus Kristus, sehubungan dengan perjanjian baru.
Pembacaan Alkitab
(Yakobus 2:10-26) Kalau seseorang menaati seluruh hukum Taurat tapi melanggar salah satu hukum, dia melanggar semuanya. 11 Allah berkata, ”Jangan berzina”, tapi Dia juga berkata, ”Jangan membunuh.” Jadi kalau kalian tidak berzina, tapi kalian membunuh, kalian melanggar hukum. 12 Karena kalian akan dihakimi menurut hukum bagi orang merdeka, teruslah berbicara dan bertingkah laku sesuai dengan hukum itu. 13 Orang yang tidak menunjukkan belas kasihan akan dihakimi tanpa belas kasihan. Belas kasihan lebih unggul daripada penghakiman. 14 Saudara-saudaraku, kalau seseorang mengaku beriman tapi tidak berbuat apa-apa, apa gunanya? Imannya itu tidak bisa menyelamatkan dia, kan? 15 Kalau ada saudara atau saudari yang tidak punya pakaian dan tidak punya makanan sehari-hari, 16 lalu kalian bilang, ”Pergilah tanpa merasa khawatir, dan semoga kamu hangat dan cukup makan,” tapi kalian tidak memberi mereka apa yang mereka butuhkan untuk tubuh mereka, apa gunanya? 17 Seperti itulah iman. Tanpa perbuatan, iman itu mati. 18 Tapi seseorang mungkin berkata, ”Kamu punya iman, dan saya punya perbuatan. Tunjukkan imanmu tanpa perbuatan, dan saya akan menunjukkan iman saya dengan berbuat baik.” 19 Kamu percaya bahwa Allah hanya satu, kan? Itu bagus. Tapi, roh-roh jahat juga percaya dan gemetar ketakutan terhadap-Nya. 20 Tapi kamu, orang yang bodoh, apakah kamu mau mengakui bahwa iman tanpa perbuatan itu sia-sia? 21 Bukankah Abraham bapak kita dinyatakan benar karena perbuatannya, setelah dia mempersembahkan Ishak anaknya di mezbah? 22 Jadi kalian lihat, imannya sejalan dengan perbuatannya, dan imannya menjadi sempurna karena perbuatannya. 23 Dengan begitu, ayat ini menjadi kenyataan: ”Abraham beriman kepada Yehuwa, maka dia dianggap benar.” Dia pun disebut sebagai sahabat Yehuwa. 24 Dari sini kalian melihat bahwa orang akan dinyatakan benar karena perbuatan, bukan hanya karena iman. 25 Begitu juga, bukankah Rahab pelacur itu juga dinyatakan benar karena perbuatannya, setelah dia menerima para utusan dengan ramah, lalu membantu mereka pergi lewat jalan lain? 26 Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, iman tanpa perbuatan juga mati.